Selasa, 14 Februari 2012

Lamongan, Cerita tentang Kesederhanaan


Aku memutuskan perjalanan dinas ke Lamongan, Jawa Timur di akhir oktober 2011, lantaran kegiatan lomba KKG/MGMP mendekati deadline utk diverifikasi. Biasanya saya agak ragu pergi jauh2 ditangisi anak salah satu alasannya. Demi tugas kantor aku berangkat mendampingi bosku. Hari kamis jam 7:30 aku berangkat dr rumah, pesawatku masih lama jam 12.20. Namun karena ada acara ambil tiket dan bukti checkin aku mesti mampir dulu ke kantor. Setelah nitip motor di cilebut, seperti biasa aku berjubel di commuterline utk turun di stasiun gambir. Setelah bukti diambil aku balik ke gambir lagi untuk naik damri. Jam 10 damri beranjak dari Gambir menuju bandara Soetta. Tepat pkl 11 aku nyampe dan langsung bayar boarding pass, sayangnya petugas nan cantik itu bilang jadwal 12.20 dicancel, dan dengan terpaksa dipindah ke penerbangan 1 jam berikutnya. Waduuh aku sudah membayangkan pasti nyampe Lamongan bisa malam padahal rencananya aku mau mampir ke kandepag dulu utk sowan dan mengantar SPPD. Apa boleh buat, aku cuma menghibur diri dan cari pemakluman seperti biasa, misalnya nggak papa aku bisa baca diktat kuliah tebal yg aku sengaja bawa, buka laptop di tempat berwifi, atau baca materi talim utk hari ahad dan tak kalah penting aku bisa sholat dulu sekalian jamak sholat ashar. Alhamdulillah, waktu berjalan juga tanpa terasa. Tapi ternyata ujian kesabaran nggak sampai disitu, petugas Garuda mengumumkan kalo peswat G316 delay selama 30 menit. Ck...ck elus jiwa, barulah tepat jam 14 :10 Garuda dengan kabin besar karena yang ini pesawatny jenis boeing yang biasa buat angkut jamaah haji. Pesawat landing pukul 15.30. Pak Rusdi, he..he namanya sama dengan nama suamiku sms, kalo sudah sampe tolong bilang karena akan dijemput. Saya sebenarnya bukan tipe orang yg mau merepotkan atau dilayani, tapi karena aku baru pertama kali ke kampung halamannya alm Amrozi cs ini bosku memaksa harus dijemput. Kutanya pak Rusdi, yg merupakan Kasi Mapenda (Madrasah & Pendidikan Agama) itu yang mau jemput namanya siapa?. Eh beliau bilang dia sendiri yg jemput waaah..nggak enak, pejabatnya langsung jemput, sy pikir kenapa nggak stafnya aja atau sopirnya. emang sih aku dari pusat tapi statusku kan cuma staf biasa jadi kalo dijemput sama pejabat daerah ya langsung aku ngrasa pakewuh.

Pak Rusdi umurnya sktr 53 th, orangnya lembut dan sopan, aku semakin tak enak dia membukakan pintu mobilnya yg sangat membuatku kaget. Profil mobil berplat merah dari kejauhan tampak berumur sekali, tidak berAC dan jauh, jauh sekali dari kesan mobilnya pejabat Mapenda. Padahal tahu sendiri bidang mapenda di daerah adalah bidang 'basah', meski juga beresiko tempatnya guru antri soal sertifikasi, wilayah dana BOS mampir dsb. Setelah menjemput saya, mobilnya berhenti di Kanwil Kemenag jawa Timur karena kebetulan Pak Rusdi ada acara kantor. beliau turun dan saya melanjutkan perjalanan menuju Lamongan. Sepanjang perjalanan Pak sopirnya (maaf pak lupa nama) yang sudah sepuh tapi masih enerjik itu bercerita kalau sebenarnya sudah banyak yang 'protes' atau komplain agar mobil dinas Pak Rusdi diganti, masak beli mobil bagi pejabat bagian pendidikan ini minimal level Avanza nggak mampu sih?. Pertanyaan itu dijawab olehnya- kata pak Sopirnya tentu saja bahwa ia malu kalau harus memaksakan beli mobil baru padahal sudah diberi jatah, nanti mobil plat merah itu mubazir. Biarlah nggak papa meski sudah renta Mobil toyota keluaran tahun 90 itu masih enak dipake dan tidak rewel meski pun dari sisi penampilan jelas kurang prestise dan elegan. Fakta ini semakin diaminkan oleh sopirnya, katanya biar tua mobil itu jarang bermasalah dan itu artinya berkah karena kebetulan yang menaikinya adalah pejabat yang jujur, amanah dan jauh dari keinginan neko-neko. Aku hanya mengangguk-angguk. Syukurlah kalau seandainya masih banyak pejabat di manapun berada punya nurani dan rasa malu untuk hidup berlebihan meski peluang itu ada di sana sini Insya Allah Indonesia akan selamat dari kehancuran akhlak dan tetap berwibawa. Sesampai di Kandepag Lamongan aku justru terkaget-kaget karena mobil anak buahnya justru Xenia berwarna metalik yang masih kinclong. Wah...piye iki?

Tidak ada komentar: