Senin, 04 Maret 2013

Berani Hidup, Bersiap Mati

Hollywood tengah meratap kehilangan. Aktor watak Robbin Williams dikabarkan meninggal karena bunuh diri. Tragis. Sosok yg sering berperan kocak ini ternyata tak segambaran antara akting dg dunia sesungguhnya. Entah beban berat apa yg membuat ia depresi. Kata pengacaranya kemungkinan besar karena bipolar disordernya kambuh.  Kabar terakhir di bulan Juli ia masih melakukan upaya rehabilitasi atas kecanduannya terhadap alkohol dan kokain.

Berbaris artis sebelumnya yg mengakhiri hidupnya dg cara tak wajar. Ada Kurt Cobain, Whitney Houston hingga artis blonde tempo dulu Marlyn Monroe yg nyruput obat2 an.
Depresi memang sering jadi modus penyebab bunuh diri di kalangan pelaku hiburan. Kontradiktif ya kesannya.

Di tanah air,  artis Marshanda juga diberitakan  menderita bipolar. Nama penyakitnya unik amat ya, jadi inget pelajaran  fisika tentang kutub dan magnet. Kalo anda searching ttg penyakit ini kesimpulannya penderitanya mood-moodan. Tapi lebih parah dari moodnya rata2 orang yg suka bilang "lagi bad mood nih. Nggak ada ide". Kalau bipolar benar2 kontradiktif. Jika lagi happy maka ia bisa lunjak2 berlebihan, berenergi tinggi hingga tak kenal capek atau membuat keputusan yg aneh2 mnrt orang lain. Tapi jika fase atau mood depresi yg mendominasi dia bisa benar2 merasa sebatang kara, sedih berlebihan hingga nekad bunuh diri.
"Yang pasti saya sekarang merasa lebih bahagia dari kemarin (mungkin maksudnya waktu berjilbab atau waktu bareng dg suaminya)" jawaban sepintas Marshanda di acara Just Alvin minggu malam (10/8). Bilang bahagia tapi terkesan menjelek2an keluarganya. Mata pemirsa kan juga nggak bisa dibohongin dgn melihat gaya rambut dan kuku2nya yg dicat aneh, berbeda drastis.  Belum sorot matanya. Pemeran sinetron Bidadari itu memang kelihatan sdg bermasalah jiwa. Keputusan dia gugat cerai dan lepas jilbab bikin orang kaget seantero Indonesia.  Suaminya aja kaget apalagi kita.  Tapi orang tak setuju boleh2 aja  cuma ngga perlu menghakimi terus2an lah. Namanya orang lagi sakit, gimana sih mungkin lebih pasnya empati bukan simpati ya. Membayangkan kalau kita di posisinya.

Depresi lain ditunjukkan oleh seorang Ignatius Ryan Tumiwa yang minta permohonan uji materil ttg pasal UU KUHP yg melarang eutanasia alias suntik mati kepada MK. Ah ada2 aja, padahal dia jebolan S2 loh kok kepikiran pengen bunuh diri lantaran depresi katanya karena belum dpat kerjaan dan gak bisa berobat ke psikiater. Selidik punya selidik depresinya itu muncul sejak ditinggal mati istri dan ayahnya.
Untungnya MK lagi sibuk ngurus sengketa pilpres ya. Mungkin berkasnya masih nunggu nomor antrian. Saya berharap setelah sudin kesehatan jakarta membawa dia ke RS krn disinyalir mengidap schizofrenia, Ryan mau berubah pikiran. Sayang sama ijazah S2nya, ngebayangin capeknya bikin bab 1 sampe 5 dan bolak balik kampus. Pfuiiih.

Terlepas dari penyakit bipolar atau schizo, kenapa ya orang bisa pengen bunuh diri?.
Angka bunuh diri Indonesia dan Jepang selevel loh. Yaela bangga kok tingkat bunuh diri. Sama2 nomer 9 di dunia. Cuma latar belakangnya beda. Kalau di negeri kita banyak disebabkan faktor sosial ekonomi misal terjerat hutang, nggak punya duit padahal anak2 hrs makan dan sekolah (kasus bunuh diri sekeluarga), kelaparan kayak kasus di Gunungkidul atau PHK. Nah kalo Jepang umumnya harakiri karena malu terdakwa korupsi misalnya.
Cara bunuh dirinya juga beda, di Indonesia kalau nggak gantung diri pakai tali ya minum racun tikus atau pestisida. Nah di Jepang yg namanya harakiri ya tusuk perut cara lain loncat dari gunung fuji.  Kalau di Amrik kita kenal tempat 'favorit' orang bunuh diri itu di Golden Gate San Fransisco dg cara loncat bebas. Katanya udah ada 1500 orang yg meregang nyawa loncat dari jembatan berusia 80 tahun itu.

Ada hasil penelitian yg mengatakan bahwa bunuh diri juga bisa diturunkan karena ini menyangkut faktor genetik alias adanya gen bunuh diri. Gen? Serius?.
Katanya pada korban bunuh diri terdapat 5 perubahan kode DNA yang sama juga terjadi pada orang2 dg riwayat keluarga  pernah melakukan uji coba bunuh diri. Aiih kalo udah sebut DNA pusing deh rasanya. Ya sekedar info sajalah.

Oke mari sekarang waktunya kita pegang dahi untuk berpikir khidmat. Kita cermati ayat Allah di surat An-nisa 29 yang artinya, “Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu.” Di ayat 30 nya pelaku bunuh diri dikatakan akan masuk neraka.
Saya sangat tertarik pernyataan Allah maha penyayang itu. Sifat sayang yg disebutkan bukan sifat lain seakan mengatakan " ayolah kasihani dirimu, jika kau punya segudang masalah, mari sini ada Allah yg akan merengkuhmu dg kelembutan dan kasih sayang, kamu tidak akan merasa sesak dan sakit lagi".
Ya seorang ulama bilang penderitaan orang bunuh diri itu 3 lapis derita. Derita masalah yg mencekik, derita sakaratul maut krn menyiksa diri dan derita di akhirat. Naudzu billah.

Karena kita bukan Dadang Hawari yg ahli kesehatan jiwa alias psikiater mari kita bicara yg luar2 aja dan gampang dicerna.  Siapa orang di dunia ini yg nggak punya masalah?  Biasanya depresi terjadi karena kita ngrasa nggak punya jalan keluar, atau mungkin merasa beban itu terlampau berat.  Waktu Bapak saya meninggal ada saudara saya yg depresi karena shock, dia jadi seperti bukan dia sesungguhnya, ngomongnya nglantur segala unek2 yg terpendam bertahun2 bisa terucap sendiri. Ada juga saudara sepupu saya depresi karena nggak kerja2 trus di rumah saja diam mematung, tetangga saya di kampung depresi berkelanjutan karena nggak lulus masuk Akabri.
Saya sendiri pernah ngerasa down waktu habis keguguran calon anak pertama, soalnya nunggu hamilnya saja hampir setahun lebih.  Rasanya sediiih banget, bengong dan merasa menjadi orang yg tak berguna. Alhamdulillah nggak sampe depresi, segera disadarkan bahwa masalah yg datang silih berganti itu cara Allah menguji siapa kita. Hidup itu ada dlm genggamannya.

Jadi cara orang segera menemukan pelarian dan muara dari beban masalah itulah yang akan menyadarkan dan menyelamatkannya.
Kalau pelariannya hal atau tempat yg salah pasti dia tak bisa keluar dari masalah justru menemukan masalah baru. Artis-mhn maaf tdk semua juga kalo ada masalah larinya ke obat2an ya nggak bisa selamat justru semakin depresi. Jadi dlm hal ini perlu orang2 terdekat yg merangkulnya.

Cara terbaik menyelesaikan masalah ya mencari muara masalah, kembalikan kepada yg menggenggam masalah. Kita berdoa berserah diri minta segala beban masalah diselesaikan olehNya, "Rabbana wa laa tuhammilna ma laa thoqatala na bihi, Ya Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yg kami tak sanggup memikulnya".

Sesungguhnya berani tetap hidup untuk menantang dan menembus masalah jauh lebih gentle ketimbang mengaku berani mati karena tertimpa masalah. Kematian tanpa diminta adalah sebuah keniscayaan tapi bukan berarti diri kita sendiri yg merancang kematian. Semua ada waktunya.

Akhirnya, bersyukurlah kita jadi orang biasa2 saja, yg tak mendefinisikan bahagia setinggi menara. Saya bisa sj capek bekerja, berdesakan di kereta, dingin menggigil jika hujan tiba, namun jika sudah ketemu muaranya yakni melihat tawa canda anak2 dan belahan jiwa semua letih menguap begitu saja. Sederhana kan formula bahagia?.

Biarkan hidup mengalir yang penting kita tahu muaranya.  Mari berani hidup menembus belantara dunia dengan bergantung padaNya saja,  agar kita pun siap saat kematian tiba. Ya berani hidup, bersiap mati.

Tidak ada komentar: