Generasi wireless. Tanpa kabel mereka menggenggam dunia, sampai urusan cari makan sekalipun. Pernahkah anda memergoki sosok muda bergaya di sebuah pojok kopitiam, dengan kepala terpancang headset bergoyang2 mungkin mengikuti lirik Bruno Mars?. Tangan kiri menggenggam ipad dengan mata menelusuri angka2 fluktuatif saham yg berkedap kedip dari waktu ke waktu. Sementara tangan kanannya menggenggam smartphone versi teranyar yg sesekali bederang dering dari para relasinya. Tak jauh dari dagunya secangkir white coffee ditemani croissant masih mengebul hangat dengan uap terhembus AC ruangan yg sejuk melenakan.
Multi tasking orang menyebut. Oleh warga Obama mereka diistilahkan GenY. Generasi Y, yg lahir sekitar awal tahun 1980 hingga memasuki tahun 2000.
Sayangnya oleh para seniornya generasi X alias generasi floppy disk (lahir pertengahan 60 hingga 1979
dan sempat merasakan nyimpen file data pake disket berbentuk lempeng kotak) mereka seringnya bikin dongkol. Kreatif sih kreatif tapi mood-moodan dlm bekerja. Bagi GenY kerja bukan hanya cari duit untuk menghidupi anak istrinya (kelak) tapi gaya hidup dan prestise sosial. Jika sudah bosan ia pun segera loncat pagar, cari lahan dg bonus yg besar. Kerja yg menjanjikan dan memenuhi hasrat hobby terbarunya yakni travelling alias jalan2 berskala dunia.
Meski tak dipukul rata, tapi mereka pada dasarnya sangat kreatif, cerdas dan penuh inovasi2 baru, ya hanya kurang bisa menerapkan etika umum dan rasa pakewuh saja terutama sama atasannya.
Mengutip sebuah penelitian tentang alumni Harvard Business School setelah 18 th hengkang dari almamaternya dari seorang pejabat pendidikan saat membuka acara diklat guru kemarin, tercatat data penelitian yg menarik. Para alumni yg sekarang menjabat posisi2 strategis di lembaga2 keuangan internasional yg mendunia macam IMF, World Bank dsb ternyata rata2 nilainya sewaktu kuliah biasa2 aja. Ya dalam kisaran B+ dan A- jarang yg A bulat bener. Artinya nilai akademiknya atau sering disebut hard skill standar2 saja bukan yg wah begitu lho bro and sis!.
Namun mereka adalah sosok yg sangat terasah soft skillnya. Pandai berkomunikasi, jujur, berintegritas dan rendah hati alias tidak sombong. Selain itu mereka juga visioner. Sudah terbiasa merencanakan ke depan bahkan 20 tahun mendatang.
Oya satu data lagi yg menarik. Ini paliiiiing menarik. Ternyata setelah diteliti pake metlit dg validitas dan reliabilitas yg tinggi para alumni Harvard ini sangat setia dengan pasangan hidupnya!. Istri atau suaminya maksudnya lho. Kalo org indo yg diteliti mungkin nggak terlalu sesuatu, tapi ini kan bicara ttg wong Amrik yg semuanya pada paham bahwa kondisi di sono begitu hedonis, permisiv dan liberal. Pergaulan bebas dan gonta ganti pasangan bukan hal tabu dan itupun tercermin dari film2 HBO nya yg biasa mereka konsumsi saban hari. Nah mereka ini selain sukses kariernya suses pula kehidupan keluarganya karena memiliki satu karakter penting yakni komitmen. So..jangan pernah menyepelekan arti penting institusi keluarga. Dari sanalah cerminan kesuksesan seseorang. Generasi yg memiliki komitmen tinggi terhadap pasangan, keluarga dan negaranya tentu saja yg masuk kategori generasi harapan.
Generasi cemerlang bukan polesan apalagi sepuhan.
Bicara generasi emas buat kita umat muslim pasti pada setuju bahwa generasi para sahabat di sekeliling Rasulullah SAW adalah generasi terbaik di dunia yg belum tergantikan. Keemasan mereka tercermin dari akhak atau karakternya. Padahal berdasarkan sirah kita pun tahu betapa jahil dan gelapnya mereka saat belum tercelup oleh aqidah ilahiah. Parameter kejahilan salah satunya bisa ditilik dari cara kaumnya memposisikan perempuan. Mana ada orang yg lebih 'gila' selain sanggup mengubur bayi perempuannya hidup2? dan mana ada yg lebih jahil selain tradisi mewariskan istri kepada anaknya bahkan teman dekatnya?. Itu yg terjadi sebelum Islam datang di Mekkah. Akan tetapi dg metode tazkiyatun nafs atau mensucikan jiwa (bahasanya Aa Gym mungkin manajemen qalbu) Rasulullah berhasil mencetak generasi baru dari bahan baku yg alot itu setelah melewati masa 20 th. Mereka menyebar jadi pembaharu2. Kalau menurut saya ini lah yg lebih pas dinamakan revolusi karakter. 20 tahunan lho untuk sekaliber Rasulullah jadi bisa dibayangin deh kalau ada yg ngaku2 bisa ngerevolusi mental bangsa dlm itungan 5 tahun menjabat he...he.
Segitu bagusnya para generasi sahabat yg juga diakui Allah dan Rasul sebagai "kuntum khairu ummah- kalian adalah umat yg terbaik" namun beliau juga kasih isyarat agar mereka tak terlalu jumawa. Mereka bisa terjaga karena masih berada dlm jangkauan radar fisik Nabi SAW tapi bagaimana dg generasi yg hidupnya setelah puluhan bahkan ratusan tahun pasca beliau wafat?
"Islam semula dianggap aneh (asing) dan akan kembali menjadi sesuatu yg aneh. Berbahagialah mereka yg aneh", tegas beliau (HR.Muslim). Al Ghuroba- generasi yg aneh atau asing mendekati akhir zaman. Mengapa mereka harus bahagia? Ya karena jaminan pahala buat mereka yg beramal di masa itu dg 50 x pahala milik para sahabat di jaman nabi bukan di jaman mereka (HR. at-Tirmidzi, Abu Dawud)
Duhai bagaimana rasa jika seseorang yg menghirup udara abad 21 dgn segala hiruk pikuknya tp karena menjadi Al Ghuroba di tengah kebobrokan moral ia bisa mendapat kebaikan sebesar 50 kali kebaikan yg dilakukan Sayidina Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Mushab Bin Umair dst?. Betapa awesomenya...
Ciri generasi aneh itu mau tau?..mereka yg mempertahankan keshalihannya meski dg bilangan sedikit di tengah amburadul masyarakat yg durhaka, mereka bersih tapi juga mau membersihkan lingkungannya dr kedustaan karena jiwa pembaharunya. Mereka ibarat oase di tengah gurun. Mengisi apa yg hilang, melengkapi yg ganjil, dan memenuhi ruang yg kosong. Menambah apa yg tak diperbanyak orang lain dan yg penting mampu menghidupkan sunnah nabi di saat masyarakat mematikannya karena godaan dunia.
Sanggupkah kita jadi Al Ghuroba yg diibaratkan oleh Rasul sebagai si penggenggam bara di jaman itu?
Jika tak sanggup, paling tidak berilah kesempatan dan hormatilah mereka yg sanggup. Jangan memicingkan mata apa lagi mengejeknya.
Nah, jika ada pena tajam buatlah diagram Venn yg berisi 3 himpunan generasi. Generasi yg inovatif dan kreatif, generasi berkarakter kuat dan generasi 'Aneh' penyuluh sunah Rasul. Temukan irisan dari ketiga himpunan itu maka kita akan dapatkan himpunan baru meski berisi satu dua unsur di dalamnya. Sebuah perpaduan generasi unik dan unggul tiada tara. Siapa sanggup menciptakannya?
Nyatanya keunggulan generasi amat ditentukan oleh pendidikan berikut proses pembelajaran yg harus mereka lewati. Pendidikan tak dipagari aturan baku bahkan formal sebenarnya.
Tapi untuk ukuran sebuah tatanan negara jelas pendidikan adalah sebuah konsep yg harus digariskan bersama. Kenapa? Karena jualan generasi lebih mahal ketimbang jualan BBM (harusnya..). BBM habis pasti ada alternatifnya. Tapi jika generasi unggul habis porak porandalah semua karena alternatifnya adalah impor generasi punya tetangga.
Meski banyak yg kontra ttg kurikulum 2013 dlm khazanah pendidikan Indonesia skrg ini, tapi nyatalah sudah ia diketok palu jadi public policy. Anggaran 2491 trilyun (Kemendikbud, 2013) dipersiapkan tentu saja dlm rangka mencetak generasi baru. Generasi yg digadang pada saat ultah emas RI th 2045 kelak sbg generasi emas yg membanggakan bangsa. Generasi kompeten antara sikap spiritual dan sosial dengan hard skill dan soft skillnya.
Dan seandainya kelak ternyata jumlah mereka begitu mengerucut, semoga menjadi Al Ghuroba yg membanggakan umat Nabi SAW.
Jaman boleh berubah tapi nilai2 kehidupan tak akan pernah.
Gondangdia, 19 Sep 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar