Rabu, 26 November 2008

A Miracle From Allah SWT

Alhamdulillah, setelah anak pertamaku (Muthia Syifa) berumur 4,5 tahun sekarang lagi senang-senangnya sekolah di TK A, Allah memberiku kebahagiaan baru dengan kehamilan anak kedua yang sekarang menginjak 6 bulan. Kehamilanku ini memang sudah kurencanakan sejak setahun sebelumnya, selain mempersiapkan secara fisik (misalnya menormalkan tekanan darah karena di kehamilan pertama aku mengalami preeklamsia) aku juga membereskan hutang-hutang puasaku secepatnya. Doa mendapatkan kehamilan yang baik senantiasa kupanjatkan. Aku memohon diberi keajaiban dalam kehamilan yakni waktu yang tepat, rahim yang sehat dan kalau bisa jangan sampai bedrest seperti yang sudah-sudah (sekedar catatan sebenarnya ini kehamilanku yang keempat karena aku sempat mengalami keguguran yakni kakak dan adik Muthia), ketiga kehamilanku sebelumnya diwarnai dengan 'tragedi' vlek-vlek yang membuatku harus bedrest di rumah alias tidak boleh ngapa-ngapain. Karenanya aku memohon kepada Allah kalau diijinkan aku ingin hamil seperti perempuan pada umumnya yang masih bisa bekerja membantu suami mencari nafkah (hidup di Bogor cukup high cost, untuk bisa menyekolahkan anak ke TK yang berkualitas dan islami juga lumayan mahal).
Puji syukur begitu aku lantunkan karena doaku terkabulkan pas berbarengan SK CPNS ku keluar. Yang lebih membuatku bahagia adalah 'miracle' itu benar-benar Allah berikan (semoga sampai 9 bulan melahirkan dengan lancar) . Ya, aku bisa melewati trimester pertamaku dengan tenang tanpa was-was karena vlek, padahal aku masih bekerja sebagai editor sebuah penerbitan saat itu. Dan kini ditengah penantianku melahirkan di bulan Maret tahun depan aku terus berdoa sekiranya bisa melahirkan secara normal, tidak terkena praeklamsia lagi apalagi aku juga harus bekerja fulltime di Depag Pusat yang berkantor di lapangan banteng.
Ya mungkin pengalaman dan riwayat menjadi calon ibu yang aku alami tidak seberapa dibanding rekan-rekan lain yang mungkin lebih berat ujiannya, tapi dari semua itu banyak hikmah yang kupetik bahwa Allah SWT senantiasa mendengar permintaan, rintihan bahkan keluhan hamba-hambanya. Kita jangan putus asa terhadap rahmat dan kasih sayang Allah. Bersyukurlah terhadap lika-liku hidup dan garis takdir yang Allah pilihkan untuk kita. Menjadi Ibu adalah karunia dan anugerah yang besar sekaligus indah bagi setiap perempuan. Semoga anak-anakku kelak menjadi generasi Robbani yang bernilai untuk dunia akhirat. Amin.

Selasa, 18 November 2008

Bukit Kayumanis, My Cassiavera Hill


Aku dan keluarga baru tinggal di Bukit Kayumanis Bogor 3 tahun, tepatnya sejak juli 2005. Tadinya aku nggak betah karena posisi rumahnya yang tinggi (tidak seperti gambaran awal pada denah), karenanya aku tawar-tawarin rumah tipe 36 itu dengan berbagai iklan tapi sayang belum juga ada yang berkenan. Akhirnya dengan kebesaran hati aku mau tinggal di sana sebagai bagian takdir Tuhan. wah!... Eh lama-lama yang tadinya terpaksa malah jadi luar biasa. Kenapa, karena semakin berkumpul dengan warga komplek khususnya di RT 6 yang terkenal dengan warga jalan cendana (kayak pak harto aja) itu aku semakin banyak memperoleh hikmah. Keakraban sesama tetangga (terutama saat arisan RT, perayaan 17 agustus, maulid nabi atau lebaran) wah nggak ada bandingnya. Ibu-ibunya kompak banget demikian juga sama bapak-bapaknya yang keranjingan main badminton sampai tengah malam sambil minum jus atau ngopi bareng. pak Rtnya juga baik banget, mau ngurus kebutuhan warganya. Mulai dari ngurus SIM (kebetulan dia orang kepolisian), KK sampe KTP diurus dengan secepat-cepatnya padahal dia orang yang cukup terpandang di RT kami tapi mau turba mengamati urusan remeh temeh. Mudah-mudahan kekuatan silaturahim kami dan keakraban ini akan tetap manis dan harum seharum Cassiavera, nama latin untuk tanaman kayumanis.

Senin, 17 November 2008

Serba-serbi PRT

Cari PRT yang 'baik dan benar' gampang-gampang susah lho!. Maunya kita kan khadimat alias pembantu itu bisa membantu kita di kala susah dan membutuhkan bantuan misalnya njagain anak kalo kita kerja, beres-beres dan ngarapiin rumah en so on. Tapi PRT sekarang kadang itung-itungan banget. Suka mbandingin salary dengan PRT tetangga lah, suka ngrumpi, kurang hati-hati, rapi tapi suka main telepon rumah, sudah gitu kagak betahan baru sebulan minta berhenti tanpa rambu-rambu.
Aku sendiri sudah ganti PRT 6 kali dengan beragam cerita. yang pertama gadis usia 17 an. Dia lulusan SMP. Anaknya kreatif kalau ngasuh anakku Muthia. Bikin origami juga jago, ia pun nggak seperti PRT lain karena punya HP. Tiap jam 3 pagi ia sudah terdengar ngobrol di kamarnya karena memanfaatkan pulsa gratis. Pas lebaran tiba dia pulang kampung dan tak balik-balik tanpa pesan dan kesan. PRT kedua bertahan setahunan. Ia dibawa oleh ibuku dari kampung. Dia masih bersuami tapi kerja suaminya serabutan. Dia juga kreatif selain bantu-bantu aku, kalau ada waktu luang juga bikin-bikin kue yang dititipkan di warung sebelah. Sayangnya pas lebaran tiba anaknya yang lelaki umur 12 an nangis-nangis nggak ngijinin ibunya kembali ke bogor, ya sudah akhirnya aku cari PRT lain. Aku juga pernah ngalami 'ditipu' PRT (sedih banget ya...) dia anaknya lugu, tapi kalau aku dan suami kerja dia punya kerjaan lain yakni telpon temen-temennya sampe berjam-jam, nelpon ke HP lagi!. Walhasil tagihan telponku sampe membludak mendekati 1 juta! Bikin kalang kabut. Nah PRT yang sekarang yang keenam dari kampung lagi orangnya sangat lugu saking lugunya nggak bisa apa-apa jadi mesti kutraining dulu mulai dari cara ngidupin kompor gas, nyalain mesin cuci, masak nasi nyetrika yang rapi dsb. Wah.. punya PRT malah jd cape...

Musim CPNS

Awal bulan ini banyak lho departemen yang buka loker CPNS. Sepertinya jadi PNS masih merupakan 'cita-cita' besar ya di benak sebagian besar orang. Lihat saja kalau ada tes CPNS baik itu di senayan, TMII atawa di mana pun pada bejibun ngepadatin kursi tes ya meski peluangnya kadanng nggak sampe 1 persen, tapi kalo nasib lagi berpihak siapa tahu kan.

Btw, bicara CPNS hati-hati juga sama oknum-oknum tertentu yang memanfaatkannya untuk tipu menipu. masak sih belum pasti diterima harus sudah setor sekian juta bahkan puluhan juta?. Ya Allah jangan sampai deh...coba-coba menjerumuskan diri begitu. Selain bikin rugi, sebagai muslim kita juga harus ingat bahwa bekerja harus dimulai dengan kejujuran karena salary yang kita peroleh akan digunakan untuk konsumsi seluruh anggota keluarga. Waduh sedih kan kalau kita ngasih makan anak-anak kita dengan sesuatu yang tidak halal?.

Aku sendiri masih CPNS di Depag Pusat. Alhamdulillah aku lolos tes tahun lalu, dan semuanya Insya Allah murni tanpa pelicin sepeser pun. So temen-temen yakinlah kalau kita bisa membuka jalan dengan cara jujur. ohya jika di Depag sendiri juga lagi ada bukaan CPNS yang bisa diakses lewat http://www.bimasislam.depag.go.id/