Jumat, 04 Oktober 2013

Kisah Penjual Bakpao

Sebenarnya banyak lho hal-hal bahkan kejadian di KRL yang bisa kita ambil pelajaran. Salah satunya tentang kisah seorang ibu muda penjual bakpao berikut.
Dia, sosok kurus namun kelihatannya gesit dan sumringah. Umurnya mungkin 25an.  Ibu muda yang sepertinya semangat menyongsong pagi dengan sejuta harapan tuk menjemput rejeki.  Aku nggak tahu siapa namanya, tapi entah ya baru sekali lihat tuh raut langsung nancap di kepalaku seperti file yg masuk ke folder khusus.  Buktinya, kemarin saat kereta bergerak perlahan, dari balik kaca aku mengenali wajahnya dari puluhan wajah yang berkerumun di peron stasiun Tebet. "Ih, itu kan si penjual bakpao", bisikku dalam hati.
Ceritanya, pada suatu hari pas di stasiun LA apa Tanjung Barat (sedikit imsonia), masuklah gerombolan ibu2 pekerja di gerbong khusus wanita yang kutumpangi.  Alhamdulillah kebetulan aku saat itu dapat tempat duduk.  Tiba-tiba menyeruak sosok berwajah putih berseri itu.  Perempuan yang membawa 2 kantong kresek besar berisi makanan.  Aku yang termenung langsung kepo, pengen tahu.  Dia jualan apa?.Sebenarnya dagang di atas KRL pamali besar mengingat ada stiker di badan komuter yang berisi 9 not to do, alias 9 larangan salah satunya jualan di kereta.  Berarti aksi jingkat2 ibu muda ini lumayan nekat.  Tapi, bagiku sendiri hal itu no problemo selama tak menggnggu stabilitas nasional dalam kereta.  "Bakpao Bu",kata ibu sebelah yang sudah mengulurkan beberapa lembar warna ungu ke tangannya. kayaknya mborong nih.  Tak semenit, dari sekelilingnya, kiri  kanan, deket pintu, bersahutan suara-suara. "Keju,mbak." "saya kacang ijo, dua.", "Kalau gitu kelapa aja deh.". "Saya mau yang isi daging mbak, tiga ya. Ada saosnya kan?"
Wuiss,kayaknya enak nih. Aku tergiur, karena pas belum sarapan. Lumayan nanti bisa dibuka di kantor.
"Coklat ada?"tanyaku
"habis Bu, adanya yang coklat keju sama kelapa."
"Boleh deh 2. Jadi berapa?"
"Satu paksnya 6 ribu.".  Aku liat 1 paks berisi dua bakpao mekar nan ranum. Oh berarti 1 bijinya tiga ribu perak.  Ya masih terjangkau deh. Aku memperhatikan gerak-geriknya yang sibuk antara mengambil tas kresek kecil, kembalian, si ini si itu,  pesanan dari sudut lain.Terus matanya nengak-nengok kiri kanan (Takut ada petugas memergoki pastinya). Laris manis deh pokoknya.  Cuma selisih dua stasiun dagangannya ludes habis.  Tepat di stasiun Tebet, di mana di stasiun ini 'muntahan' penumpang paling banyak jumlahnya selain Gondangdia, dia siap-siap keluar. Keluar dengan nafas lega.
Aku membayangkan betapa bahagianya dia, ya apalagi yang diharapkan seorang pedagang selain jualannya laku keras.  Tapi benakku nggak berhenti atau nyangkut di stasiun Tebet langsung menguap.  Aku kepikiran, jam berapa dia memepersiapkan produknya itu. Lalu aku membuat rumus kira-kira sendiri. Mungkin dia bangun jam 3 pagi, dia ambil baskom dengan mata terkantuk-kantuk.  Memasukkan terigu cakra, sedikit gula, telor, fermipan terus ngaduk-ngaduk sambil sesekali menguap. Ngulenin itu bukan soal mudah harus pakai sedikit tenaga ekstra setahuku (itulah mengapa aku jarang2 bikin adonan roti he..he). Adonan harus kalis dan berserat lembut, lalu dibiarkan dulu minimal 35 menit, baru dibentuk-bentuk terus didiamkan lagi biar melar. baru dikukus.  MUngkin dia harus nyuci kukusan dulu karena semalam nggak sempat atau nggak ada asisten di rumah.  Dia berhati-hati biar suaranya nggak menimbulkan berisik takut anak-anak atau suaminya bangun. Ck...ck..rajinnya.  Eh tunggu dulu, siapa tahu dia cuma distributor, alias yang njualin barang punya orang, kata hatiku yang lain. Tapi mata batinku mengatakan tidak.  Mengapa? karena aku memperhatikan betul cara dia menjual tuh bakpao.  Dia sangat mengenali mana yang rasa keju, kelapa, kacang ijo dengan begitu cepat tanpa dilihat-lihat dulu padahal nggak ada tulisannya (kecuali yg rasa daging ada bonus saos sachet jd kelihatan).
Mmmm...mom preneur, hebatnya dikau.  Ibu-ibu seperti dia memang sosok yang kuat dan patut diacungi jempol  Mungkin dia tulang punggung keluarga karena kebetulan suaminya lagi sakit jadi nggak bekerja, atau di PHK jadi masih dalam tahap nyari kerjaan baru.  Banyak di sepanjang rel yang kulewati sosok-sosok mirip dia.  Menembus pagi,menyongsong rejeki.  Aku juga bekerja tapi belum apa-apanya jika dibanding mereka.  Mereka kelihatan biasa-biasa saja tapi berani manantang badai (bayangkan kalau ketangkep petugas kereta, pasti langsung disuruh check out di stasiun berikutnya!).  Mereka juga pintar berstrategi dalam jualan.  Dari obrolannya yang kutangkap, dia hapal jadwal kereta, tahu stasiun2 mana yang ramai penumpang perempuan masuk, sehingga dengan kondisi sesak tak bakalan petugas lagi-laki nongol di sana,  terus ia juga tahu di stasiun mana ia harus turun terutama yang ramai sehingga ketika keluar ia tak kentara saking ikut gelombang muntahan.  Cerdas bukan, kata dunia usaha itu yang dinamakan strategi marketing.  Makanya kalau mau laku jualan, survei dulu dan pelajari keadaan.  Pelajaran manis, buatku.
Sebenarnya ada kisah  lain tapi aku sudah ngatuk.

Macapat Islami

MACAPAT ISLAMI

Sewaktu kunjungan ke Sekretariat Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di Kab.Tegal, Jawa Tengah saya disodori CD kumpulan lomba MAPSI (mata pelajaran dan seni Islam). Exciting!. Di dalamnya berisi video peserta lomba macapat islami tingkat SD. Haru dan bersyukur. Hari gini masih ada anak2 Indonesia di Jawa, Tegal pula (yg suka diolok2 berbahasa ngapak2) belajar dan berkompetisi melantunkan tembang macapat. Ndak mudah.

Di Jawa memang ada istilah "melu nguri-uri kabudayan jawi". Artinya ikut melestarikan kebudayaan Jawa. Sebuah ajakan positif biar masyarakat nggak seperti kacang lupa sama kulitnya. Bukan dalam maksud mengagung2kan suku Jawa lho. Di Sumatera/melayu kan ada juga gurindam. Yg terkenal Gurindam 12, karya Raja Ali Haji.  Mirip2 gitu lah. Macapat ibaratnya puisi versi bahasa jawa tapi penyampaiannya dilagukan atau berupa tembang.

Saya hanya ingat 2 tembang macapat salah satunya tembang megatruh yg berjudul SIGRA MILIR. Ini tembang monumental yang diajarkan guru saya waktu th 1985, saat saya kelas 5 SD dlm rangka pentas seni berjudul Jaka Tingkir.

Megatruh adalah salah satu tembang macapat dari 11 tembang yg ada dengan ciri khusus terdiri atas 5 baris. Megatruh dari kata megat dan roh artinya terpisahnya roh dari raga manusia yg menandakan sebuah fase kematian manusia agar menjadi peringatan dalam hidup.  Namun bukan berarti isi tembang selalu berhubungan dg kematian lho. Cuman sifat tembang ini memang lembut dan tenang.
Syair megatruh Sigra Milir begini:

    sigra milir kang gethek sinangga bajul 
    kawan dasa kang njageni 
    ing ngarsa miwah ing pungkur 
    tanapi ing kanan kering 
    kang gethek lampahnya alon 

mengalirlah segera sang rakit dipikul buaya 
empat puluh penjaganya 
di depan juga di belakang 
tak lupa di kanan kiri 
sang rakitpun berjalan pelan 

Tembang ini seringnya dilagukan saat mengiringi kisah perjalanan Jaka Tingkir melewati sungai naik rakit menuju kerajaan Demak untuk mewujudkan cita2nya, yakni mengabdi pada negara. Kelak ternyata Tuhan menakdirkan ia akhirnya menjadi Raja Pajang, sebuah kerajaan Islam besar di Jawa Tengah. Jaka Tingkir berganti gelar menjadi Sultan Hadiwijaya. Pajang adalah cikal bakal Kerajaan Mataram Islam yg setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755 terbelah menjadi 2. Yogyakarta dan Surakarta. Pasti pada inget deh.

Kalo penasaran pengen denger kayak apa tuh lagu, monggo kerso. Sok,  bisa ngintip sebentar di sini setelah berjalan 2 menit. Nggak juga, ora popo kok.
http://m.youtube.com/watch?v=0TX1E-9vmxQ

Nah pertanyaannya adalah kenapa pakai embel2 islami?. Mungkin biar jelas (menguatkan) bahwa ini lomba dlm rangka menyemarakan  syiar islam di kalangan siswa muslim yg kebetulan duduk di sekolah umum (SD).
Emang napa? Apakah ada macapat yg nggak islami?. Lho?

Sepengetahuan saya, yg mengenalkan pertama kali tembang macapat adalah para walisongo yg diyakini sebagian besar masyarakat Jawa sebagai penyebar agama Islam di pulau jawa. Syair2nya beberapa diambil dari sebuah buku berjudul Serat Wulang Reh. Ni buku gak usah dicari di gramedia,  nggak dijual bebas karena hanya beredar di lingkungan kraton, khususnya kraton Surakarta. Kalo niat, intip saja ke museum Radya pustaka di kampung halamannya Jokowi, di Solo.
Buku ini berisi ajaran2 berbuat baik dan etika kesopanan.

Walisongo kita pada mafhum adalah sebutan untuk 'tim' penyebar dakwah atau para dai yg identik 9 org, padahal nggak juga lho.  Tapi walisongo kaya sistem kuliahan ada angkatan-angkatannya.  Menurut sumber, sebenarnya tim ini awalnya dikirim khusus sama Sultan Mahmud I dari kekhalifahan Turki Usmaniyah untuk negeri nusantara. Nah lho siapa bilang nusantara itu nggak kesohor?. Kedengeran kok namanya sampe ke telinga khalifah di Turki. 

Karena didatangkan dari luar sdh pasti walisongo angkatan awal ini dr berbagai negara salah satunya dari Palestina.  Syaikh Ja'far Shidiq alias Sunan Kudus, diberitakan berasal dari Palestina.  Untuk mengenang Masjidil Aqsa atau Al Quds beliau mberi nama kota tempat tinggalnya di Jawa Tengah dg nama Kota Kudus. Ada juga Masjid Kudus, kalo jenang kudus saya ngga tahu.

Hingga abad 15 atau sekitar th 1479 tercatat sudah angkatan yg keenam walisongo itu, salah satu tokoh angkatan itu yg paling beken karena sempat difilmkan adalah Sunan Kalijaga yg diperanin sama Dedi Mizwar. Saya nonton sekeluarga di bioskop waktu SD karena disuruh guru kalo ga salah.

Dalam menyebarkan dakwah Islam, walisongo banyak menggunakan pendekatan seni dan budaya agar lebih memasyarakat. Tak hanya macapat tapi juga wayang kulit. Konon tradisi Sekaten dipetik dari kata syahadatain.

Kalo mnrt saya sih selama tidak menyimpang secara aqidah metode apa pun yg baik dan masuk akal bisa diterima. Tapi kalau disinyalir ada unsur syirik sudah seharusnya jangan diikuti atau harus ditinggalkan.

Dalam Islam budaya atau pun seni hanya sebuah cara untuk mengingat dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Islam tidak melarang hiburan apalagi buat anak2,  tapi Islam mengajarkan hiburan yg beradab, tidak melanggar norma kesopanan dan semakin mengingatkannya pada kebesaran Tuhan. 

5 Agustus 2014
Dalam perjalanan pulang

Sabina dan Ratu Kalinyamat

Sabina Altynbekova. Anda kenal?. Saya sih enggak krn belum pernah papasan. Tapi kalo sekedar tahu, oke lah.  Beberapa pekan ini timeline fb dihiasi wajah cantiknya. Pevolli dari Kazakhstan ini memang unyu-unyu banget. Semampai putih dan so charming.
Cuma yg bikin saya kelu ketika baca judul berita begini, "Sabina terlalu cantik untuk jadi Pemain Bola Voli". Wis jan. Media ini lho, seenak perut menghakimi bakat seseorang hanya karena cantik. Emang apa salah berwajah cantik?. Ha...ha. Kesannya kalo cantik ruang prestasinya hanya boleh catwalk, akting dan artis. Ngga harus kalees.

Tapi begitukan nyatanya?. Banyak sebenarnya orang cantik/ganteng yg bersliweran di TV sebenernya punya potensi lebih ketimbang mengandalkan wajah atau pesona ragawinya tapi oleh kebanyakan media seolah ketutup gerhana. Enak ngga sih, kalo orang cerdas, beprestasi gemilang, ilmuwan, politikus, dokter spesialis langka, olahragawati, peneliti dll tapi kalo diwawancara yg ditanyakan kehidupan pribadinya bukan prestasinya hanya lantaran 'nasib'nya berwajah cantik?. Kalo saya bilang kasihan nanti anda bilang saya cuma menghibur diri karena bukan 'korban' hi..hi.

Banyak mantan artis yg mnrt orang cantik jadi politikus DPR. Tapi kalau di TV seringnya salah masuk jurusan berita. Harusnya saluran news malah infotaiment. Kan sayang prestasinya gak nampak2. Jarang sy denger politikus artis kasih koment politik. Ada sih macam Nurul Arifin, Tantowi Yahya atau Rachel Maryam. Itu pun mereka berjuang keras utk menampakkan eksistensinya. Sungguh kalo Rieke Dyah Pitaloka ngomong di TV pasti saya selalu bilang itu Oneng yg bicara.  Bajuri..mana Bajuri..

Mungkin kalo hanya ketutup karena cantik nggak terlalu masalah. Ada juga orang cantik yg tak dikenang b sebagai pahlawan karena kabar yg tersebar dan sampe di masyarakat justru kabar berbau 'kontroversi'. Coba tahu nggak anda dengan Ratu Kalinyamat dari Jepara?. Mungkin ada yg denger atau baca kisahnya. Yg sering diomongin orang pasti kisah ketika ia bertapa di suatu tempat sepi dengan melepas baju alias maaf, telanjang. Badannya hanya tertutup rambutnya yang panjang. Bupati Jepara era abad 16 ini menyepi lantaran kecewa dan sakit hati. Kakak dan suami tercinta dibunuh oleh orang yg sebenarnya msh terbilang saudara sendiri yakni Arya Penansang, penguasa Jipang. Ia akan berhenti semedi kalau si pembunuh juga terbunuh. 'untung' harapannya terkabul. Ia pun kembali move on. Melanjutkan tugas kenegaraanya sebagai bupati di bawah Kesultanan Demak.

Ratu Kalinyamat meski cantik tergolong tegas. Oleh Portugis ia mendapat julukan
rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani".
Gara-garanya ia mengirim 4000 pasukan Jepara plus 40 kapal perang pada th 1550 dlm rangka ngebantu Sultan Johor membebaskan Malaka dari cengkraman Portugis. Meski gagal namun tak lantas patah arang, ia mengirim lagi untuk serangan kedua sebanyak 15.000 pasukan dan 300 kapal atas permintaan Sultan Aceh. Konon sebelumnya ia juga membantu kerajaan Hitu di Maluku. Ia mewarisi semangat anti penjajahan yg dipelopori Pati Unus, pendahulunya. Pati Unus lebih terkenal ya kayaknya krna sering disebut di buku pelajaran sekolah.

Bisa kirim pasukan sebanyak itu pastilah sebuah prestasi luar biasa utk sekelas kabupaten, ya kan. Di bawah kepemimpinannya Jepara menuai masa gemilang karena memiliki armada tangguh dan bandar perdagangan yg maju dan ramai. Rakyatnya pun sejahtera. Sayang nggak terlalu terekspos.

Ya nasib memang kalo masyarakat kita juga demen dg berita2 sensasi di seputar wanita cantik. Gimana nggak, dari kecil kan kita juga dikasih cerita seputar tokoh wanita cantik tapi ceritanya naif.
Misal kisah Ken Arok terobsesi jadi raja Singosari konon lantaran diawali ketika ia memergoki betis Ken Dedes yg bersinar indah tatkala keluar dari dokar kerajaan. Ia lalu punya niat jahat membunuh Tunggul Ametung suaminya dengan keris Mpu Gandring. Jadilah kemudian ia seorang raja dan mengawini Ken Dedes. Nelangsa ya si Ken Dedes ini mau diperistri sama orang yg membunuh suaminya sendiri. Naif pula jika hanya karena betis. Weew.

Maha Suci Allah yg mengisahkan Ratu Balqis dalam Al Qur'an. Sosok wanita kuat dari sebuah negeri bertajuk Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur sebenarnya memberikan konklusi hikmah agung; ratu yg bijaksana, mengutamakan musyawarah mufakat , menghormati pendapat para bawahannya dan menggunakan logika dlm memimpin daripada emosinya. Prestasi bukan, meski saat itu ia masih tergolong ingkar?

Namun sayangnya kisah tentang Balqis di masyarakat lebih fokus pada sisi keperempuannya. Coba saja seandainya dianggap film maka yg dishoot berulang adalah scene yg mengisahkan saat dia hendak 'bertekuk lutut' mengakui kenabian Sulaiman AS, Sang Ratu menyibakkan kain hingga terlihat kedua betisnya lantaran ubin yg dijejak dikira hamparan kolam bening. Dulu jika guru SMP saya brcerita ini suasana kelas langsung geeeer. Diulang lagi, geeer lagi. Ya ampun.
Mungkin ini deh yang disebut gagal paham.

Jika disuruh merating cerita tentang perempuan cantik dlm khazanah dongeng Indonesia mungkin saya kasih bintang lebih sama Roro Jonggrang yg minta dibikinin candi sama Badung Bondowoso dan Dayang Sumbi yang order sebuah perahu ke Sangkuriang dalam tempo 1 malam. Biar dibilang nggak masuk akal tapi ada kesan keduanya memiliki 'posisi tawar'. Coba kalo keduanya cuma minta dikasih mahar sekotak perhiasan wah...apa kata dunia. Indonesia bakal nggak punya sumber devisa dari sektor pariwisata. He..he

So bersyukurlah jika diberi wajah rata2. Mau rata2 bawah atau rata2 atas yg penting memenuhi standar kelayakan. Yakin deh prestasi dan keunikan anda lebih jadi fokus perhatian.

Bogor, 8 Agustus 2014
Sembari nunggu pakdhenya anak2