Buat PNS, perjadin sudah menjadi kegiatan bepergian yg dianggap biasa. Ya akronim untuk perjalanan dinas yang harus dikerjakan dan dilalui ke daerah2 utk tugas2 tertentu itu banyak yg memandangnya sbg wisata kantor. Karena ada kata wisata kemudian perjadin diasosiasikan sebagai kegiatan bersenang-senang dengan uang kantor, berfoya-foya menginap di hotel lalu jalan2 menyantap kuliner daerah, istilah pak Bondan, wisata kuliner. Atau buat ibu2nya perjadin identik dengan kesempatan belanja ini dan itu sbg oleh2. Kalo menurutku Soal penyalahgunaan tugas perjadin itu kembali ke pribadi msg2, kalo tdk ada tanggung jawab pasti ia lebih melihat tugas perjadin sbg sarana refreshing alias bersenang2. Tdk ada hasil maksimal yang hrs mjd target tugasnya. Nah, padahal banyak hikmah semaksimal mungkin yang bisa diambil dari perjadin tsb, plg nggak tugas tsb hrs bisa menambah 4 wawasan buat kita, apa sajakah?
1. Wawasan geografis
jelas, kita jadi tahu daerah lain dari sisi geografisnya apakah itu wilayah pertanian, perkebunan, pantai, industri maupun dekat hutan.Ini juga yg menjadi tantangan menarik, biasanya sebelum perjadin aku membuka atlas dulu kira 2 letak percisnya dimana?, berapa kilo dari bandara? Jauhkah dari ibukota provinsi, apa nama2 wilayah sekelilingnya. Berapa jam kita bisa menempuhnya.
2. Wawasan sosial
perjadin bagiku berarti menambah saudara, karena kita kan pasti berkenalan dg individu2 baru yg tdk temui sebelumnya. Nilai silaturrahim sangat berarti bagiku, berkenalan dg pejabat Kemenag di daerah jadi tahu sifat orang, watak maupun gaya kepemimpinannya. Sangat menarik karena seperti daerahnya merekapun sangat beragam. Biasanya sih semakin jauh daerah yg dikunjungi justru semakin ramah mereka menyikapi kita. Siapapun pasti senang jika disambut dg penuh welcome, bersahaja tanpa dibuat2.
3. Wawasan komunal
ini juga menarik, setiap daerah punya budaya masing. Bahasa pergaulan, tradisi, makanan khas,tempat2 berbau heritage- itu kalao masih ada sisa waktu menyelesaikan tugas kan sayang juga jika tidak mampir, belum tentu ada kesempatan di lain waktu. Karenanya tak percuma jika kita searching info ttg daerah sasaran perjadin lebih dulu apalagi sekarang sarana internet mudah diakses kapan saja dan amat sangat membantu kita dalam memberi informasi.
4. Wawasan ilmu dan kedinasan
sebenarnya ini tujuan utama perjadin, meningkatkan kompetensi kerja dengan mampu memonitor di lapangan kantor daerah. Banyak teori2 atau tugas2 kantor yang besifat teoritik selama dalam ruang kerja kantor karena lebih berbentuk administratif. Tapi dengan perjadin harusnya mata kita lebih terbuka, dan semakin sensitif atas permasalahan2 di daerah. Kondisi sekolah yg memprihatinkan, kemampuan SDM daerah yg pas2an, atau masalah2 krusial lain hanya dpt kita raba dan rasakan ketika perjadin. Kita mendengar keluhan mereka, menghibur memotivasi, menjelaskan hal2 baru termasuk mengawasi dan mengawal kerja mereka di lapangan bukanlah perkara mudah. Karenanya tugas perjadin harusnya pun dipersiapkan secara matang, jangan asal pergi-pergi begitu saja.
5. Wawasan pengalaman
ini bisa dikatakan added value saja dari perjadin, pengalaman dalam hidup paling nggak kita bisa ceritakan pengalaman menarik, lucu, sedih kepada anak atau saudara. Kita nggak kuper2 amat tentang bagaimana naik kereta, kapal ataupun pesawat terbang. Pernah anak saya nanya apa sih boarding pass itu, karena kebetulan ia dapat pelajaran IPS bertemakan dokumen termasuk dokumen bepergian seperi paspor dan visa. Ya tentu saja jaman saya seumur dia nggak pernah terlintas pertanyaan seperti itu. Itu salah satu saja dari nilai tambah perjadin.
Bagaimanapun perjadin adalah bagian tugas kantor yang harus dilaksankan dengan sebaik-baiknya, apalagi semua akomodasi ditanggung penuh oleh uang negara. Kalaulah dapat honor harian tentu saja harusnya tidak menjadi tujuan utama karena percayalah ilmu, nilai sosial, pengalaman, hikmah silaturrahim lebih dari honor yg akan diterima. Semuanya lebih langgeng dan bermakna, makanya memang lebih pas jika perjadin diibaratkan sebagai moving office, kantor bergerak, kantor yang mobile dan energik. Kalo selama ini kita lebih banyak berkutat dengan dokumen, berkas atau benda2 mati lain beraroma ATK, perjadin menjadikan pegawai kantor bergerak yang tetap bernilai tugas dg kode etik tertentu.
Jika kita memandang perjadin sebagai moving office bukan wisata kantor maka yang selalu terpatri adalah tanggung jawab kerja, bukan sekedar menghabiskan uang hotel atau transport. Iya tho?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar