Kupingku langsung berdiri ketika beberapa orang disamping mulai
bersuara dengan agitasi-agitasi yang memicu asam lambung. Perih,
ditambah tak sempat sarapan demi ngejar-ngejar finger print (emang garis
finish, pake dikejar-kejar?), sosok pendiam di kantor itu memang
tampangnya kayak debt collector kalo lagi nagih utang kewalahan.
“Jadi PNS enak banget ya, jalan-jalan melulu, kadang ke luar negeri
trus nginep di hotel berbintang, blanja blanja haha hihi,..tapi
kerjaannya nol besar!”
Hatiku nggak sabar nyela, “kenapa nggak
sekalian aja…PNS itu doyan pamer, pasang pic di FB lagi nyetir Serena
atau BMW (mending tuh, nah aku saban hari nyetir supra fit ke penitipan
motor yg mesinnya kalo buat nanjak suka ngos-ngosan kayak pasien anfal,
makanya motorku belem pernah ku aplot di socmed. - Kenapa?? takut
dikira hasil rampasan perang ya? gratifikasi atau dituduh masih kredit
pake jaminan SK? bukann!! ….Tapi kalo diunggah takut nyaingin pasarnya www. tokobagus.com hi..hi)
Bla...bla…bla premis-sementara (di otak mereka), PNS itu kerjanya
ngabis-ngabisin uang Negara. Padahal kualitas kerjanya tak seberapa
malah ada yg hobi foya2, kena narkoba, ada yang digrebeg lagi berzina
(suma naudzubillah), bolos kerja berhari-hari sampe keluyuran di pasar
atau mall pake baju seragam di saat2 jam kerja. Waduhh parah parah!
(kalo gini emang parah, gumamku-ngelap muka)
Itulah keluhan
masyarakat sekaligus opini jika disuruh mengungkapkan pendapatny ttg
PNS, kalo gak percaya buka komen-komen di layar maya soal PNS dijamin
program diet anda berhasil, karena langsung kenyang, akibat hipotalamus
di otak anda langsung kirim email berupa sinyal-sinyal ke kelenjar
hipofisis untuk tidak bereaksi ngasih kode buat lambung minta
makan-kelaparan..
Mata saya terpejam bergaya mimpi indah, nyumput
dipojokan. (kenapa? malu ya?, bukan tapi ini kiat jitu menghindari
omelan petugas komuter cewek yang galak, yang paling beugah kalau liat
penumpang bawa kursi lipat, kira-kira begini nyolotnya “eh bu, mau
kerja apa mancing, kalo mau mancing sono noh turun di stasiun UI ada
danaunya, gratis lagi!”beeeh. Makanya aku paling senang obral senyum
manis up to70% (kayak cuci gudang) sama petugas tiket KRL,
kadang-kadang sembari nawarin brownies Amanda atau otak-otak manggarai
atau kalo lagi seret ya sekedar premen kopiko-gantinya ngopi)
Hiks..
meski pura-pura tidur tapi jiwaku sesungguhnya menangis (meratap-ratap
sambil tutup mulut pake tisu, kering sudah air mataku… dalam hal ini aku
support sama orang-orang yang demen pake masker di kereta, masker walau
gak menutup mata (emang mau ambil undian?) tapi bisa juga
menggambarkan keapatisan si pemakai..coba aja perhatikan lebih serius
ha…ha, masker = anti pluralitas (seakan-akan nggak mau membaur dengan
berbagai bau-bau yang ada, walaupun niatnya baik jaga diri dari
serangan virus H4N1 flu burung, atau H1N1 flu babi…ada yang tau nggak
nama keren flu yang bikin bersin-bersin karena liat orang pegang duit
banyak? )
Emang serba salah ya jadi PNS. Tapi biar diomongin pake
bahasa ironi hingga sarkasme yang sekali kali pake gaya hiperbol, plus
komentator berbusa2 yakin deh yg namanya tes CPNS tetap digandrungi.
Mereka rela berjubel di GOR kayak anak sekolah mau UN, yang pagi-pagi
buta sudah nyiapin bekal buras, risoles dan susu ultra juga pensil 2B
dan satu lagi papan berjalan (dari dulu sy selalu protes kenapa dijuluki
papan jalan-agak mirip hantu pocong yg ditakuti anak saya) demi bisa
meraih posisi sebagai PNS-abdi Negara, pelayan masyarakat, dengan
iming-iming jaminan uang pensiun.
Siapa suruh sih jadi PNS? Aku
celingukan, siapa ya? Yang jelas bukan masinis KRL ini. Padahal kan
udah tahu (waktu kuliah praktek lapangnya juga di departemen) jadi PNS
itu kayak apa, apalagi di jaman repotnasi (reformasi-red) kayak gini, di
mana siapa pun siap jadi penilai, evaluator, komentator sekaligus
auditor. Engkau musti tahan banting, kebal kuping, muka badak (bercula
satu, kasihan hewan ini ikut-ikutan dibawa padahal populasinya hampir
punah di Ujungkulon). Siapa suruh gue ya? (dih, gue. Sejak kapan?) .
Suara di sudut hati yang lain teriak nyaring. Ini takdir, takdir, Gan!
(pasti membernya kaukus.com nih!). Takdir yang merupakan bagian dari
Rahasia Illahi- kayak judul sinetron di TPI dulu, sinetron religi yang
mengemban misi khusus agar si pelit, si sombong atau si durhaka segera
taubatan nasuha, karena kalo nggak, bisa-bisa matinya kelak begitu
mengerikan (perut membusung, lidah melet atau kuburannya keluar asap
beracun.). Takdir atas kehidupan manusia walaupun yang namanya
pekerjaan tentu saja pilihan hidup. Tapi yakin akan takdir adalah
klausul dari rukun iman ke-6. Semua muslim akur.
Akhirnya saya
jujur kalo saya jadi PNS memang nggak disuruh siapa-siapa alias
coba-coba aja awalnya. Tepat kata si member kaukus di atas yang suka
bilang ‘permisi agan-agan dan sista-sista’ dan embel-embel lain seperti
‘No afgan No rosa (suer sampai skrg sy ga tau maksudnya), murmer, nego
alus (emang ada nego kasar ya- kyknya ibu2 yg jago nawar tuh) dan COD,
cash on delivery- bayar kontan pas udah ketemuan, jadi PNS memang takdir
karena semuanya serba dipermudah oleh Allah, yang maha berkuasa. Salah
satu contoh takdir tuh gini, waktu tes CPNS tahun 2007 yang ikutan tes
di bagian ku cuma 16 orang, mau diambil 4 orang jadi peluangnya kata
anak statistik 25%. Gede kan?, Sementara di ruang lain untuk
jurusan komputer, ekonomi, agama, hukum dll meluber kayak banjir jebol
di latu harhary tempo hari. Itu yang saya sebut takdir, semuanya sudah
diatur dalam takaran Tuhan yang maha teliti. Padahal waktu tes saya
lagi sakit diare (nafas saya msh bau entrostop) yang membuat badan lemes
tak karuan, tapi semua soal statistik yang keluar- kebetulan banget
adalah soal-soal yang biasa saya ujikan ke siswa-siswa saya di sekolah
(waktu itu sy msh jadi guru matematik). Kebetulan?. Aku pikir tidak,
karena kebetulan pula aku termasuk orang yang mengfollow aliran dengan
quote begini, “Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur
oleh Tuhan”. Bahkan saya idem ditto sama kata-kata Einstein, “kebetulan
adalah cara Tuhan menyampaikan sesuatu dengan anonim (tidak ada yang
namanya kebetulan). Jadi tes pertama dan terakhir dalam hidup saya itu
adalah bagian dari mozaik-mozaik takdir Tuhan yang tadinya berserakan
lalu terkumpul pada waktu yang sudah dijadwalkan oleh Tuhan (lauhul
mahfud) dan diskedul oleh Jibril, sang malaikat pembawa rejeki.
Kembali ke soal PNS. Lima tahun jadi PNS saya agak berdebar-debar,…kalo
ada omongan-omongan tak sedap. Bahkan kalao ditanya kerja dimana
mbak?, “di kemenag” langsung deh bola mataku seolah radar yang suudzon
merekam kepala si penanya , nih pasti otak dia lagi merangkai kalimat,
“di depag?, yang suka korupsi itu ya?. Haji dikorup, bantuan dipotong,
sertifikasi nggak beres…computer diembat, eh yang paling menyedihkan
anggaran Al Quran pun dipermainkan dan dimakan ramai-ramai
astaghfirullah…” . bahkan guru SMA ku sampai kaget, “di depag??,
departemen paling gawat?...hati-hati!, jaga diri!”, seolah kerja di sana
sama saja menyerahkan diri pada kubangan syaitonrojim. Teman saya di
kantor kasih advais rada bijak, kalo ada yang bilang ini itu, kamu harus
meniru artis Dessy Ratnasari yang pernah dijuluki artis No Comment.
Laaaah, aku nggak bisa, karena aku bukan selebritis, bilang no comment
ya malah disudutkan. Tapi sudahlah mungkin maksudnya no comment itu,
lebih baik kita tidak berkomentar seakan-akan membela diri. Yang
penting bekerja dengan baik sesuai dengan kode etik yang dikeluarkan
bagian ortala kepegawaian. Lurus aja. Ibarat kata, semua ruangan di
bumi Indonesia memiliki potensi-potensi untuk itu tapi tidak semua orang
kan begitu?. Oknum, kalau istilah kriminalitasnya. Oknum dimana-mana
sama mau di India dengan nama Tuan Takur atau Haji Muhidin di Tukang
Bubur semuanya nyleneh dan keluar pakem orang bener. Tapi Insya Allah
dalam kubangan hitam pun masih ada mutiara terpendam yang bersinar
(cieeeh, ini kalimatnya Suryadharma Ali di banner deket pintu lift-mau
pesan? Nanti saya upload).
Jadi teringat cerita seorang gubernur di
masa pemerintahan Umar Bin Khattab, r.a. Dia, Said bin Amir, adalah
Gubernur Provinsi Himsh- yang kalau dianalogkan golongannya mungkin
setara dengan pejabat eselon 1. Maksimal IV/e dengan predikat Pembina
Utama !, Jadi beliau ini nggak sekedar PNS tapi pejabat Negara!. Waktu
Khalifah Umar sidak, dia dihadang warga yang menyampaikan mosi tidak
percaya terhadap gubernurnya, mereka protes bahwa Said Bin Amir kalau
mengunjungi warga selalu kesiangan, kalau malam susah dikontak dan dia
meliburkan diri 1 hari dalam sebulan. Ada apa gerangan??. Umar begitu
bijak, dia tidak menelan mentah-mentah teguran rakyatnya. Ia harus
tahu duduk persoalan dengan cek n ricek. Dipertemukanlah Said Bin Amir
dan warganya dalam forum –anda bertanya saya menjawab (jaman Pak Harto
mirip klompencapir kali ya..). Di situlah terbuka semuanya, masalahnya
jadi transparan. Gubernur Said bilang, karena dia tak punya pembantu
maka dia pagi-pagi harus membantu istri bikin adonan roti (ini baru
suami teladan, two thumbs!!), masak buat keluarganya (mungkin juga
anaknya masih ada yg PAUD kayak anak saya). Horee,…lho??, (ini mirip
kisah saya, harus mandiin anak, ngepang rambut, beliin bekal, goreng
ceplok jadi mhn maklum kalau finger print selalu pasang muka masam-
telat kok dipiara, maunya!!!). Kedua, kalau malam hp beliau dimatikan
(no call, no sms, no email apalagi COD) karena waktunya khusus untuk
beribadah, mendekatkan diri pada Allah SWT-kontemplasi (camkan itu wahat
pejabat Indonesia!-he..he siapa elu main perintah?). Nah terakhir, dia
memang mengkhususkan libur 1 hari hanya untuk nyuci bajunya yang cuma
satu-satunya di badan (eit,…sebentar..bentar pembaca jangan protes and
bilang masaaak seeeeh!.), beliau nyuci pagi hari karena baju cuman satu,
ditunggulah hingga kering (ngebayangin kalau njemurnya di Bogor pas
musim ujan), setelah kering baru dipakai lagi dan keluarlah beliau sore
hari. Ya Robbana??!!!, terbuat dari bahan baku apakah manusia macam
Said Bin Amir ini?. Zuhud bangeett. Jauh deh kita-kita dengan generasi
sahabat, juauuuuuh banget. Yang membuat dadaku sesak tangis, ketika
Umar minta data calon penerima zakat dari BPS, mata beliau terbelalak
karena ada nama Said Bin Amir ada di deretan daftar (distabilo pula kali
ya,?). Nih Said yang mana nih? Jangan-jangan serupa tapi tak sama.
Tapi memang benar Said Bin Amir, sang gubernur itulah yang masuk dalam
daftar dicalonkan sebagai orang penerima zakat yang wajib dikasihani dan
dipenuhi kebutuhannya. Masya Allah.
So, aku pikir bukan soal
jabatan atau kita kerja di mana yang menjadikan orang itu selamat. Tapi
keyakinan pada kebenaran dan pengawasan juga kecintaan pada Allah SWT
yang akan menyelamatkannya. Jadi tetap mau jadi PNS?. Insya Allah
selama belum darurat bin gawat-stadium 3. Mudah-mudahan bisa amanah.
Kupingku langsung berdiri ketika beberapa orang disamping mulai
bersuara dengan agitasi-agitasi yang memicu asam lambung. Perih,
ditambah tak sempat sarapan demi ngejar-ngejar finger print (emang garis
finish, pake dikejar-kejar?), sosok pendiam di kantor itu memang
tampangnya kayak debt collector kalo lagi nagih utang kewalahan.
“Jadi PNS enak banget ya, jalan-jalan melulu, kadang ke luar negeri trus nginep di hotel berbintang, blanja blanja haha hihi,..tapi kerjaannya nol besar!”
Hatiku nggak sabar nyela, “kenapa nggak sekalian aja…PNS itu doyan pamer, pasang pic di FB lagi nyetir Serena atau BMW (mending tuh, nah aku saban hari nyetir supra fit ke penitipan motor yg mesinnya kalo buat nanjak suka ngos-ngosan kayak pasien anfal, makanya motorku belem pernah ku aplot di socmed. - Kenapa?? takut dikira hasil rampasan perang ya? gratifikasi atau dituduh masih kredit pake jaminan SK? bukann!! ….Tapi kalo diunggah takut nyaingin pasarnya www. tokobagus.com hi..hi)
Bla...bla…bla premis-sementara (di otak mereka), PNS itu kerjanya ngabis-ngabisin uang Negara. Padahal kualitas kerjanya tak seberapa malah ada yg hobi foya2, kena narkoba, ada yang digrebeg lagi berzina (suma naudzubillah), bolos kerja berhari-hari sampe keluyuran di pasar atau mall pake baju seragam di saat2 jam kerja. Waduhh parah parah! (kalo gini emang parah, gumamku-ngelap muka)
Itulah keluhan masyarakat sekaligus opini jika disuruh mengungkapkan pendapatny ttg PNS, kalo gak percaya buka komen-komen di layar maya soal PNS dijamin program diet anda berhasil, karena langsung kenyang, akibat hipotalamus di otak anda langsung kirim email berupa sinyal-sinyal ke kelenjar hipofisis untuk tidak bereaksi ngasih kode buat lambung minta makan-kelaparan..
Mata saya terpejam bergaya mimpi indah, nyumput dipojokan. (kenapa? malu ya?, bukan tapi ini kiat jitu menghindari omelan petugas komuter cewek yang galak, yang paling beugah kalau liat penumpang bawa kursi lipat, kira-kira begini nyolotnya “eh bu, mau kerja apa mancing, kalo mau mancing sono noh turun di stasiun UI ada danaunya, gratis lagi!”beeeh. Makanya aku paling senang obral senyum manis up to70% (kayak cuci gudang) sama petugas tiket KRL, kadang-kadang sembari nawarin brownies Amanda atau otak-otak manggarai atau kalo lagi seret ya sekedar premen kopiko-gantinya ngopi)
Hiks.. meski pura-pura tidur tapi jiwaku sesungguhnya menangis (meratap-ratap sambil tutup mulut pake tisu, kering sudah air mataku… dalam hal ini aku support sama orang-orang yang demen pake masker di kereta, masker walau gak menutup mata (emang mau ambil undian?) tapi bisa juga menggambarkan keapatisan si pemakai..coba aja perhatikan lebih serius ha…ha, masker = anti pluralitas (seakan-akan nggak mau membaur dengan berbagai bau-bau yang ada, walaupun niatnya baik jaga diri dari serangan virus H4N1 flu burung, atau H1N1 flu babi…ada yang tau nggak nama keren flu yang bikin bersin-bersin karena liat orang pegang duit banyak? )
Emang serba salah ya jadi PNS. Tapi biar diomongin pake bahasa ironi hingga sarkasme yang sekali kali pake gaya hiperbol, plus komentator berbusa2 yakin deh yg namanya tes CPNS tetap digandrungi. Mereka rela berjubel di GOR kayak anak sekolah mau UN, yang pagi-pagi buta sudah nyiapin bekal buras, risoles dan susu ultra juga pensil 2B dan satu lagi papan berjalan (dari dulu sy selalu protes kenapa dijuluki papan jalan-agak mirip hantu pocong yg ditakuti anak saya) demi bisa meraih posisi sebagai PNS-abdi Negara, pelayan masyarakat, dengan iming-iming jaminan uang pensiun.
Siapa suruh sih jadi PNS? Aku celingukan, siapa ya? Yang jelas bukan masinis KRL ini. Padahal kan udah tahu (waktu kuliah praktek lapangnya juga di departemen) jadi PNS itu kayak apa, apalagi di jaman repotnasi (reformasi-red) kayak gini, di mana siapa pun siap jadi penilai, evaluator, komentator sekaligus auditor. Engkau musti tahan banting, kebal kuping, muka badak (bercula satu, kasihan hewan ini ikut-ikutan dibawa padahal populasinya hampir punah di Ujungkulon). Siapa suruh gue ya? (dih, gue. Sejak kapan?) . Suara di sudut hati yang lain teriak nyaring. Ini takdir, takdir, Gan! (pasti membernya kaukus.com nih!). Takdir yang merupakan bagian dari Rahasia Illahi- kayak judul sinetron di TPI dulu, sinetron religi yang mengemban misi khusus agar si pelit, si sombong atau si durhaka segera taubatan nasuha, karena kalo nggak, bisa-bisa matinya kelak begitu mengerikan (perut membusung, lidah melet atau kuburannya keluar asap beracun.). Takdir atas kehidupan manusia walaupun yang namanya pekerjaan tentu saja pilihan hidup. Tapi yakin akan takdir adalah klausul dari rukun iman ke-6. Semua muslim akur.
Akhirnya saya jujur kalo saya jadi PNS memang nggak disuruh siapa-siapa alias coba-coba aja awalnya. Tepat kata si member kaukus di atas yang suka bilang ‘permisi agan-agan dan sista-sista’ dan embel-embel lain seperti ‘No afgan No rosa (suer sampai skrg sy ga tau maksudnya), murmer, nego alus (emang ada nego kasar ya- kyknya ibu2 yg jago nawar tuh) dan COD, cash on delivery- bayar kontan pas udah ketemuan, jadi PNS memang takdir karena semuanya serba dipermudah oleh Allah, yang maha berkuasa. Salah satu contoh takdir tuh gini, waktu tes CPNS tahun 2007 yang ikutan tes di bagian ku cuma 16 orang, mau diambil 4 orang jadi peluangnya kata anak statistik 25%. Gede kan?, Sementara di ruang lain untuk jurusan komputer, ekonomi, agama, hukum dll meluber kayak banjir jebol di latu harhary tempo hari. Itu yang saya sebut takdir, semuanya sudah diatur dalam takaran Tuhan yang maha teliti. Padahal waktu tes saya lagi sakit diare (nafas saya msh bau entrostop) yang membuat badan lemes tak karuan, tapi semua soal statistik yang keluar- kebetulan banget adalah soal-soal yang biasa saya ujikan ke siswa-siswa saya di sekolah (waktu itu sy msh jadi guru matematik). Kebetulan?. Aku pikir tidak, karena kebetulan pula aku termasuk orang yang mengfollow aliran dengan quote begini, “Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur oleh Tuhan”. Bahkan saya idem ditto sama kata-kata Einstein, “kebetulan adalah cara Tuhan menyampaikan sesuatu dengan anonim (tidak ada yang namanya kebetulan). Jadi tes pertama dan terakhir dalam hidup saya itu adalah bagian dari mozaik-mozaik takdir Tuhan yang tadinya berserakan lalu terkumpul pada waktu yang sudah dijadwalkan oleh Tuhan (lauhul mahfud) dan diskedul oleh Jibril, sang malaikat pembawa rejeki.
Kembali ke soal PNS. Lima tahun jadi PNS saya agak berdebar-debar,…kalo ada omongan-omongan tak sedap. Bahkan kalao ditanya kerja dimana mbak?, “di kemenag” langsung deh bola mataku seolah radar yang suudzon merekam kepala si penanya , nih pasti otak dia lagi merangkai kalimat, “di depag?, yang suka korupsi itu ya?. Haji dikorup, bantuan dipotong, sertifikasi nggak beres…computer diembat, eh yang paling menyedihkan anggaran Al Quran pun dipermainkan dan dimakan ramai-ramai astaghfirullah…” . bahkan guru SMA ku sampai kaget, “di depag??, departemen paling gawat?...hati-hati!, jaga diri!”, seolah kerja di sana sama saja menyerahkan diri pada kubangan syaitonrojim. Teman saya di kantor kasih advais rada bijak, kalo ada yang bilang ini itu, kamu harus meniru artis Dessy Ratnasari yang pernah dijuluki artis No Comment. Laaaah, aku nggak bisa, karena aku bukan selebritis, bilang no comment ya malah disudutkan. Tapi sudahlah mungkin maksudnya no comment itu, lebih baik kita tidak berkomentar seakan-akan membela diri. Yang penting bekerja dengan baik sesuai dengan kode etik yang dikeluarkan bagian ortala kepegawaian. Lurus aja. Ibarat kata, semua ruangan di bumi Indonesia memiliki potensi-potensi untuk itu tapi tidak semua orang kan begitu?. Oknum, kalau istilah kriminalitasnya. Oknum dimana-mana sama mau di India dengan nama Tuan Takur atau Haji Muhidin di Tukang Bubur semuanya nyleneh dan keluar pakem orang bener. Tapi Insya Allah dalam kubangan hitam pun masih ada mutiara terpendam yang bersinar (cieeeh, ini kalimatnya Suryadharma Ali di banner deket pintu lift-mau pesan? Nanti saya upload).
Jadi teringat cerita seorang gubernur di masa pemerintahan Umar Bin Khattab, r.a. Dia, Said bin Amir, adalah Gubernur Provinsi Himsh- yang kalau dianalogkan golongannya mungkin setara dengan pejabat eselon 1. Maksimal IV/e dengan predikat Pembina Utama !, Jadi beliau ini nggak sekedar PNS tapi pejabat Negara!. Waktu Khalifah Umar sidak, dia dihadang warga yang menyampaikan mosi tidak percaya terhadap gubernurnya, mereka protes bahwa Said Bin Amir kalau mengunjungi warga selalu kesiangan, kalau malam susah dikontak dan dia meliburkan diri 1 hari dalam sebulan. Ada apa gerangan??. Umar begitu bijak, dia tidak menelan mentah-mentah teguran rakyatnya. Ia harus tahu duduk persoalan dengan cek n ricek. Dipertemukanlah Said Bin Amir dan warganya dalam forum –anda bertanya saya menjawab (jaman Pak Harto mirip klompencapir kali ya..). Di situlah terbuka semuanya, masalahnya jadi transparan. Gubernur Said bilang, karena dia tak punya pembantu maka dia pagi-pagi harus membantu istri bikin adonan roti (ini baru suami teladan, two thumbs!!), masak buat keluarganya (mungkin juga anaknya masih ada yg PAUD kayak anak saya). Horee,…lho??, (ini mirip kisah saya, harus mandiin anak, ngepang rambut, beliin bekal, goreng ceplok jadi mhn maklum kalau finger print selalu pasang muka masam- telat kok dipiara, maunya!!!). Kedua, kalau malam hp beliau dimatikan (no call, no sms, no email apalagi COD) karena waktunya khusus untuk beribadah, mendekatkan diri pada Allah SWT-kontemplasi (camkan itu wahat pejabat Indonesia!-he..he siapa elu main perintah?). Nah terakhir, dia memang mengkhususkan libur 1 hari hanya untuk nyuci bajunya yang cuma satu-satunya di badan (eit,…sebentar..bentar pembaca jangan protes and bilang masaaak seeeeh!.), beliau nyuci pagi hari karena baju cuman satu, ditunggulah hingga kering (ngebayangin kalau njemurnya di Bogor pas musim ujan), setelah kering baru dipakai lagi dan keluarlah beliau sore hari. Ya Robbana??!!!, terbuat dari bahan baku apakah manusia macam Said Bin Amir ini?. Zuhud bangeett. Jauh deh kita-kita dengan generasi sahabat, juauuuuuh banget. Yang membuat dadaku sesak tangis, ketika Umar minta data calon penerima zakat dari BPS, mata beliau terbelalak karena ada nama Said Bin Amir ada di deretan daftar (distabilo pula kali ya,?). Nih Said yang mana nih? Jangan-jangan serupa tapi tak sama. Tapi memang benar Said Bin Amir, sang gubernur itulah yang masuk dalam daftar dicalonkan sebagai orang penerima zakat yang wajib dikasihani dan dipenuhi kebutuhannya. Masya Allah.
So, aku pikir bukan soal jabatan atau kita kerja di mana yang menjadikan orang itu selamat. Tapi keyakinan pada kebenaran dan pengawasan juga kecintaan pada Allah SWT yang akan menyelamatkannya. Jadi tetap mau jadi PNS?. Insya Allah selama belum darurat bin gawat-stadium 3. Mudah-mudahan bisa amanah.
“Jadi PNS enak banget ya, jalan-jalan melulu, kadang ke luar negeri trus nginep di hotel berbintang, blanja blanja haha hihi,..tapi kerjaannya nol besar!”
Hatiku nggak sabar nyela, “kenapa nggak sekalian aja…PNS itu doyan pamer, pasang pic di FB lagi nyetir Serena atau BMW (mending tuh, nah aku saban hari nyetir supra fit ke penitipan motor yg mesinnya kalo buat nanjak suka ngos-ngosan kayak pasien anfal, makanya motorku belem pernah ku aplot di socmed. - Kenapa?? takut dikira hasil rampasan perang ya? gratifikasi atau dituduh masih kredit pake jaminan SK? bukann!! ….Tapi kalo diunggah takut nyaingin pasarnya www. tokobagus.com hi..hi)
Bla...bla…bla premis-sementara (di otak mereka), PNS itu kerjanya ngabis-ngabisin uang Negara. Padahal kualitas kerjanya tak seberapa malah ada yg hobi foya2, kena narkoba, ada yang digrebeg lagi berzina (suma naudzubillah), bolos kerja berhari-hari sampe keluyuran di pasar atau mall pake baju seragam di saat2 jam kerja. Waduhh parah parah! (kalo gini emang parah, gumamku-ngelap muka)
Itulah keluhan masyarakat sekaligus opini jika disuruh mengungkapkan pendapatny ttg PNS, kalo gak percaya buka komen-komen di layar maya soal PNS dijamin program diet anda berhasil, karena langsung kenyang, akibat hipotalamus di otak anda langsung kirim email berupa sinyal-sinyal ke kelenjar hipofisis untuk tidak bereaksi ngasih kode buat lambung minta makan-kelaparan..
Mata saya terpejam bergaya mimpi indah, nyumput dipojokan. (kenapa? malu ya?, bukan tapi ini kiat jitu menghindari omelan petugas komuter cewek yang galak, yang paling beugah kalau liat penumpang bawa kursi lipat, kira-kira begini nyolotnya “eh bu, mau kerja apa mancing, kalo mau mancing sono noh turun di stasiun UI ada danaunya, gratis lagi!”beeeh. Makanya aku paling senang obral senyum manis up to70% (kayak cuci gudang) sama petugas tiket KRL, kadang-kadang sembari nawarin brownies Amanda atau otak-otak manggarai atau kalo lagi seret ya sekedar premen kopiko-gantinya ngopi)
Hiks.. meski pura-pura tidur tapi jiwaku sesungguhnya menangis (meratap-ratap sambil tutup mulut pake tisu, kering sudah air mataku… dalam hal ini aku support sama orang-orang yang demen pake masker di kereta, masker walau gak menutup mata (emang mau ambil undian?) tapi bisa juga menggambarkan keapatisan si pemakai..coba aja perhatikan lebih serius ha…ha, masker = anti pluralitas (seakan-akan nggak mau membaur dengan berbagai bau-bau yang ada, walaupun niatnya baik jaga diri dari serangan virus H4N1 flu burung, atau H1N1 flu babi…ada yang tau nggak nama keren flu yang bikin bersin-bersin karena liat orang pegang duit banyak? )
Emang serba salah ya jadi PNS. Tapi biar diomongin pake bahasa ironi hingga sarkasme yang sekali kali pake gaya hiperbol, plus komentator berbusa2 yakin deh yg namanya tes CPNS tetap digandrungi. Mereka rela berjubel di GOR kayak anak sekolah mau UN, yang pagi-pagi buta sudah nyiapin bekal buras, risoles dan susu ultra juga pensil 2B dan satu lagi papan berjalan (dari dulu sy selalu protes kenapa dijuluki papan jalan-agak mirip hantu pocong yg ditakuti anak saya) demi bisa meraih posisi sebagai PNS-abdi Negara, pelayan masyarakat, dengan iming-iming jaminan uang pensiun.
Siapa suruh sih jadi PNS? Aku celingukan, siapa ya? Yang jelas bukan masinis KRL ini. Padahal kan udah tahu (waktu kuliah praktek lapangnya juga di departemen) jadi PNS itu kayak apa, apalagi di jaman repotnasi (reformasi-red) kayak gini, di mana siapa pun siap jadi penilai, evaluator, komentator sekaligus auditor. Engkau musti tahan banting, kebal kuping, muka badak (bercula satu, kasihan hewan ini ikut-ikutan dibawa padahal populasinya hampir punah di Ujungkulon). Siapa suruh gue ya? (dih, gue. Sejak kapan?) . Suara di sudut hati yang lain teriak nyaring. Ini takdir, takdir, Gan! (pasti membernya kaukus.com nih!). Takdir yang merupakan bagian dari Rahasia Illahi- kayak judul sinetron di TPI dulu, sinetron religi yang mengemban misi khusus agar si pelit, si sombong atau si durhaka segera taubatan nasuha, karena kalo nggak, bisa-bisa matinya kelak begitu mengerikan (perut membusung, lidah melet atau kuburannya keluar asap beracun.). Takdir atas kehidupan manusia walaupun yang namanya pekerjaan tentu saja pilihan hidup. Tapi yakin akan takdir adalah klausul dari rukun iman ke-6. Semua muslim akur.
Akhirnya saya jujur kalo saya jadi PNS memang nggak disuruh siapa-siapa alias coba-coba aja awalnya. Tepat kata si member kaukus di atas yang suka bilang ‘permisi agan-agan dan sista-sista’ dan embel-embel lain seperti ‘No afgan No rosa (suer sampai skrg sy ga tau maksudnya), murmer, nego alus (emang ada nego kasar ya- kyknya ibu2 yg jago nawar tuh) dan COD, cash on delivery- bayar kontan pas udah ketemuan, jadi PNS memang takdir karena semuanya serba dipermudah oleh Allah, yang maha berkuasa. Salah satu contoh takdir tuh gini, waktu tes CPNS tahun 2007 yang ikutan tes di bagian ku cuma 16 orang, mau diambil 4 orang jadi peluangnya kata anak statistik 25%. Gede kan?, Sementara di ruang lain untuk jurusan komputer, ekonomi, agama, hukum dll meluber kayak banjir jebol di latu harhary tempo hari. Itu yang saya sebut takdir, semuanya sudah diatur dalam takaran Tuhan yang maha teliti. Padahal waktu tes saya lagi sakit diare (nafas saya msh bau entrostop) yang membuat badan lemes tak karuan, tapi semua soal statistik yang keluar- kebetulan banget adalah soal-soal yang biasa saya ujikan ke siswa-siswa saya di sekolah (waktu itu sy msh jadi guru matematik). Kebetulan?. Aku pikir tidak, karena kebetulan pula aku termasuk orang yang mengfollow aliran dengan quote begini, “Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur oleh Tuhan”. Bahkan saya idem ditto sama kata-kata Einstein, “kebetulan adalah cara Tuhan menyampaikan sesuatu dengan anonim (tidak ada yang namanya kebetulan). Jadi tes pertama dan terakhir dalam hidup saya itu adalah bagian dari mozaik-mozaik takdir Tuhan yang tadinya berserakan lalu terkumpul pada waktu yang sudah dijadwalkan oleh Tuhan (lauhul mahfud) dan diskedul oleh Jibril, sang malaikat pembawa rejeki.
Kembali ke soal PNS. Lima tahun jadi PNS saya agak berdebar-debar,…kalo ada omongan-omongan tak sedap. Bahkan kalao ditanya kerja dimana mbak?, “di kemenag” langsung deh bola mataku seolah radar yang suudzon merekam kepala si penanya , nih pasti otak dia lagi merangkai kalimat, “di depag?, yang suka korupsi itu ya?. Haji dikorup, bantuan dipotong, sertifikasi nggak beres…computer diembat, eh yang paling menyedihkan anggaran Al Quran pun dipermainkan dan dimakan ramai-ramai astaghfirullah…” . bahkan guru SMA ku sampai kaget, “di depag??, departemen paling gawat?...hati-hati!, jaga diri!”, seolah kerja di sana sama saja menyerahkan diri pada kubangan syaitonrojim. Teman saya di kantor kasih advais rada bijak, kalo ada yang bilang ini itu, kamu harus meniru artis Dessy Ratnasari yang pernah dijuluki artis No Comment. Laaaah, aku nggak bisa, karena aku bukan selebritis, bilang no comment ya malah disudutkan. Tapi sudahlah mungkin maksudnya no comment itu, lebih baik kita tidak berkomentar seakan-akan membela diri. Yang penting bekerja dengan baik sesuai dengan kode etik yang dikeluarkan bagian ortala kepegawaian. Lurus aja. Ibarat kata, semua ruangan di bumi Indonesia memiliki potensi-potensi untuk itu tapi tidak semua orang kan begitu?. Oknum, kalau istilah kriminalitasnya. Oknum dimana-mana sama mau di India dengan nama Tuan Takur atau Haji Muhidin di Tukang Bubur semuanya nyleneh dan keluar pakem orang bener. Tapi Insya Allah dalam kubangan hitam pun masih ada mutiara terpendam yang bersinar (cieeeh, ini kalimatnya Suryadharma Ali di banner deket pintu lift-mau pesan? Nanti saya upload).
Jadi teringat cerita seorang gubernur di masa pemerintahan Umar Bin Khattab, r.a. Dia, Said bin Amir, adalah Gubernur Provinsi Himsh- yang kalau dianalogkan golongannya mungkin setara dengan pejabat eselon 1. Maksimal IV/e dengan predikat Pembina Utama !, Jadi beliau ini nggak sekedar PNS tapi pejabat Negara!. Waktu Khalifah Umar sidak, dia dihadang warga yang menyampaikan mosi tidak percaya terhadap gubernurnya, mereka protes bahwa Said Bin Amir kalau mengunjungi warga selalu kesiangan, kalau malam susah dikontak dan dia meliburkan diri 1 hari dalam sebulan. Ada apa gerangan??. Umar begitu bijak, dia tidak menelan mentah-mentah teguran rakyatnya. Ia harus tahu duduk persoalan dengan cek n ricek. Dipertemukanlah Said Bin Amir dan warganya dalam forum –anda bertanya saya menjawab (jaman Pak Harto mirip klompencapir kali ya..). Di situlah terbuka semuanya, masalahnya jadi transparan. Gubernur Said bilang, karena dia tak punya pembantu maka dia pagi-pagi harus membantu istri bikin adonan roti (ini baru suami teladan, two thumbs!!), masak buat keluarganya (mungkin juga anaknya masih ada yg PAUD kayak anak saya). Horee,…lho??, (ini mirip kisah saya, harus mandiin anak, ngepang rambut, beliin bekal, goreng ceplok jadi mhn maklum kalau finger print selalu pasang muka masam- telat kok dipiara, maunya!!!). Kedua, kalau malam hp beliau dimatikan (no call, no sms, no email apalagi COD) karena waktunya khusus untuk beribadah, mendekatkan diri pada Allah SWT-kontemplasi (camkan itu wahat pejabat Indonesia!-he..he siapa elu main perintah?). Nah terakhir, dia memang mengkhususkan libur 1 hari hanya untuk nyuci bajunya yang cuma satu-satunya di badan (eit,…sebentar..bentar pembaca jangan protes and bilang masaaak seeeeh!.), beliau nyuci pagi hari karena baju cuman satu, ditunggulah hingga kering (ngebayangin kalau njemurnya di Bogor pas musim ujan), setelah kering baru dipakai lagi dan keluarlah beliau sore hari. Ya Robbana??!!!, terbuat dari bahan baku apakah manusia macam Said Bin Amir ini?. Zuhud bangeett. Jauh deh kita-kita dengan generasi sahabat, juauuuuuh banget. Yang membuat dadaku sesak tangis, ketika Umar minta data calon penerima zakat dari BPS, mata beliau terbelalak karena ada nama Said Bin Amir ada di deretan daftar (distabilo pula kali ya,?). Nih Said yang mana nih? Jangan-jangan serupa tapi tak sama. Tapi memang benar Said Bin Amir, sang gubernur itulah yang masuk dalam daftar dicalonkan sebagai orang penerima zakat yang wajib dikasihani dan dipenuhi kebutuhannya. Masya Allah.
So, aku pikir bukan soal jabatan atau kita kerja di mana yang menjadikan orang itu selamat. Tapi keyakinan pada kebenaran dan pengawasan juga kecintaan pada Allah SWT yang akan menyelamatkannya. Jadi tetap mau jadi PNS?. Insya Allah selama belum darurat bin gawat-stadium 3. Mudah-mudahan bisa amanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar