Jumat, 22 Maret 2013

Jilboobs; Istilah Keterlaluan

Terlalu!. Jilbab + Boobs jadi jilboobs.  Bagaimana bisa sebuah kosakata "langit" yg disebut khusus dalam Al Qur'an dan menandakan konsep aqidah 'dipadupadankan' alias digabung dengan kata yg menurut sebuah sumber masuk dalam daftar vocabulary kotor, dan bermakna (sindiran) porno dalam kamus bahasa inggris gaul?.   Boobs  artinya memang maaf- payudara tapi makna sebutannya jelas berbeda dengan breast. Breastfeeding, misalnya dipakai ibu2 untuk sebutan masa menyusui. Tapi jika menyebut boobs pasti arahannya ke sana lah. Pikiran kotor. Tega-teganya...semoga Allah mengampuni siapa yg iseng nyeletuk istilah ini alias perintis istilah.

Mencari siapa yg pertama kali menyebarkan istilah ini tentu saja ibarat nyari kutu dalam pasir. Susah. Kita pun mafhum istilah hanya efek dari fenomena yg merebak. Tepatnya nggak ada reaksi tanpa aksi tak ada akibat tanpa  sebab.
Nyatanya memang perempuan berkerudung tapi bercelana ketat, menonjolkan dada dan lekukan pinggangnya- jika ini yg dimaksud saban hari juga bisa kita saksikan bersama. Sliwar-sliwer. Di jalan, kampus, pasar, mall, KRL hingga masuk masjid untuk sholat sekalipun.
Saya sendiri walau sebenarnya tak setuju tapi nggak bisa berbuat banyak, paling mencoba berprasangka 'mungkin dia belum paham', 'mungkin masih belajar', "mungkin masih berproses".  Nggak sampai tahap menghardik, mencaci apalagi memaki.  Jangan lah. Bukan hak dan porsi kita. Mereka sekedar perlu diluruskan oleh orang2 di dekatnya yang paham.

Yang bikin prihatin memang ada sebuah fanpage yg mempopulerkan istilah ini. Setiap ada kiriman foto perempuan dg busana demikian maka akan diupload dan dikasih status sama si admin berisi ucapan: " selamat anda masuk #jil****s.

Nah lho..gadis2 muda ramai mengupload fotonya yg berkerudung tapi sekaligus memamerkan dadanya. Ampun deh. Waspada buat para ortu yg punya gadis. Warning juga buat para guru khususnya untuk guru agama di sekolah menengah/madrasah aliyah.  Bahkan tugas suami juga jika istrinya masih ada seperti itu.

Mari kita perbaharui niat dalam berjilbab. Jilbab kan pakaian aqidah dan ibadah karena perintah ini ditujukan kepada mereka yg beriman (mengimani bahwa ini perintahNya) dan yakin jika mengenakannya adalah ibadah yg bernilai pahala. Jilbab bukan sekedar baju biasa. Ada 3P fungsi jilbab:
1. Penutup aurat  (QS. annur :31).
2. Pengenal/identitas  (Qs. Al Ahzab:59)
3. Pelindung (Qs. Al Ahzab:59)
Jil****s tak bakalan memenuhi ke3 fungsi di atas. Kerudungnya sekedar penutup kepala agar nampak cantik,  Identitas juga kurang jelas karena tdk menumbuhkan izzah (kemuliaan) islam bahkan merendahkan. Pelindung?. Ah saya ngga yakin kalo ia lewat didepan sepuluh laki2 berjejer nggak akan disuit2in..kecuali mereka nunduk baca koran semua.

Jadi jangan jadikan jilbab sebagai trend fashion dan sekedar komoditas tanpa memperhatikan pakem/rambu2nya. Sebenarnya menutup aurat dlm rangka berhijab seperti anjuran agama sederhana saja.  Kaidah yg paling simpel itu cuma 3T: Tutupi dada, Tidak tipis/nerawang dan Tidak ketat alias longgar. Hanya itu. Mode terserah yang penting pemakai dan penonton nyaman he...he becanda. T pertama jelas itu kata Al Quran bukan kata saya.
Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya. (An Nuur :31)

Perintah ini bersifat umum dan all size mau muslimah yg bajunya berukuran S, M L atau XL. Kadang kan ada yg berdalih saya kerempeng, nggak bakalan  nampak kalo tak ditutupi. Atau sebaliknya kalau ditutupi bikin penampilan saya tambah gemuk. Susah kan kalo kita masih suka tawar menawar?.

T kedua dan ketiga disinggung pada salah satu hadits yg intinya menceritakan bahwa saat Rasulullah SAW dlm perjalanan mi'raj ke sidratil muntaha diperlihatkan oleh malaikat Jibril visualisasi kondisi neraka. Beliau melihat sebagian besar penghuninya adalah wanita. Siapa saja mereka? Salah satunya adalah wanita yang berpakaian tapi sejatinya telanjang karena tipis dan masih menampakkan lekak lekuk tubuhnya. Mereka tak akan masuk surga bahkan mencium baunya saja tidak, kata beliau.

Oke, mari kita flashback. Bagaimana perjuangan jilbab di negeri kita. Jilbab dikabarkan mulai marak sejak tahun 80 an. Mulai merambah di kampus2. Sangat terbatas dan blm leluasa. Banyak berita jilbab tidak bisa diterima di ruang2 publik bahkan tempat bekerja. Pada tahun 90 an saya ingat betul teman2 saya di SMA harus berjuang keras utk bisa berjilbab di sekolah (kebetulan saya baru pake selepas lulus). Mereka harus rela bongkar pasang. Dari rumah pakai, di sekolah dilepas. Kalau tidak harus siap pindah sekolah. Tapi mereka istiqamah berjuang hingga akhirnya melalui SK mendikbud Fuad Hassan bernomor 100/C/Kep/D/1991 mereka bebas berjilbab di sekolah. Sungguh saya angkat topi dg jiwa pembaharu mereka.

Sekarang jilbab alhamdulillah berkibar dimana-mana. Muncul pula trend fashion jilbab berikut komunitas2nya. Namun seiring kemajuan selera berbusana kadang ada pula yg tak menghiraukan rambu2 utama. Penutup aurat bukan penebar daya pikat. Karenanya upaya berjilbab memang harus diikuti dg upaya mengkaji agama bukan stop sampai di situ saja. Sehingga antara jilbab dan perbuatan seiring sejalan. Kalau jilbab hanya ikut2an dan sekedar tren maka yg muncul ya seperti fenomena jil****s.

Jika ada saudara dekat kita yg masih seperti itu dlm berjilbab sebaiknya kita luruskan saja, bukan diserbu dg kecaman karena mereka hanya butuh proses penyempurnaan. Sama kayak kita juga. Saya dan anda masih harus terus berproses agar lebih baik.

Wallahu'alam.

Jejak-jejak Ibu Negara

Perangko ibu negara numpang eksis di akun  instagramnya Ibu Ani Yudhoyono yg kebetulan saya follow. Ada ibu Fatmawati, Tien Suharto, Ainun Habibie, Sinta Nuriyah dan tentu saja sang pemilik akun sendiri. Semua dibandrol sama. Rp. 5000. Ide siapa ya?. Ah mungkin pihak istana ingin memberikan kado kenang2an buat kita dan juga Pak Pos yg akan 'memukul' wajah mereka keras2. Adaww!. Ini nggak nyinyir loh, kan kalo perangko tempel nggak dipukul, stempelnya ngga keliatan nanti kurang memenuhi syarat syahnya surat. Aizzzh Bisa ajah.

Saat musim copras capres saya bikin status begini: "Presiden tanpa istri sama nggak masalahnya dg presiden yg memiliki beberapa istri. Yang dilihat adalah negarawannya". Di status salah seorang teman malah bilang justru kalo nggak ada ibu negara bisa penghematan anggaran pemerintah. Karena nggak ada biaya buat pengadaan busana, perawatan, belanja ke luar negeri dll yang keluar. Ekonomis kan?.

Iya juga sih. Soalnya kalo ibu negaranya macam Marie Antoinette istri Raja Louis XVI dari Perancis bener2 repot. Bentar2 belanja, bentar2 pesta. Belum lagi koleksi sepatunya yg bejibun. Konon koleksi bajunya saja sampai 3 kamar penuh di Istana Versailles. Mending kalo beli sendiri lah ini pakai uang kas negara semua! Pantas saja ia diberi gelar 'Madame Defisit' karena mendefisitkan keuangan negara ditengah penderitaan rakyat akibat tercekik kelaparan.
Kemarahan yang tak terkendali di mana2 meletuskan Revolusi Perancis  sejak tahun 1789. Gerakan ini menyeret Marie Antoinette jadi pesakitan dan masuk daftar tunggu korban gilloutine, pisau tajam pemenggal kepala.
Tragis amat ya, meski di pelelangan th 2012 sepatu hak tingginya laku 650 juta tetap aja nasibnya menuai cercaan hingga sekarang.
Jejak gaya hidup foya2nya ini dicopy paste sama Imelda Marcos dari Filipina tahun 80an yg juga punya koleksi sepatu ratusan pasang. Kabarnya Asma Al Assad istri presiden Syria juga hobby belanja tas bermerk kelas dunia.

Mmm..tapi ada juga lho sosok ibu negara yg dicintai rakyat. Evita Peron misalnya, wanita kuat di belakang Juan Peron presiden Argentina ini dikenal dekat dan membela hak2 rakyat  meski backgroundnya seorang artis dg kehidupan keluarga yg kelam. Ia cerdas dan jago menggelorakan pidato untuk membela kaum lemah. "don't cry for me Argentina" adalah lagu utk mengenangnya yg meninggal pada usia 33 th akibat kanker serviks.

Ibu negara yg terkenal cantik, cerdas dan berjiwa sosial disandang oleh Ratu Rania, istri Raja Abdullah dari Yordania. Jejaknya sebagai aktivis UNICEF menyematkannya sbgai pemerhati pendidikan anak2 dan kebudayaan. Ia juga penulis dan meluncurkan buku anak2 dg judul King's Gift dan Maha of Mountains.

Lalu....(tarik nafas dulu)
.....,.......
Sejarahpun mencatat bahwa di samping seorang Amirul Mukminin ada sosok Ummahatul Mukminin yg tak kalah tangguh. Pasti anda pernah dengar Khalifah Umar bin Abdul Azis seorang pemimpin di masa Bani Umayyah yg berdomisili di Damaskus?. First Lady yg mendampinginya adalah seorang anak khalifah juga sebelumnya. Dialah Fathimah Binti Abdul Malik Bin Marwan. ke-4 saudara Fathimah juga menjabat khalifah secara bergantian. Jadi kesimpulannya bapaknya, suaminya dan kakak adiknya semua adalah khalifah atau katakanlah presiden. Ck...ck bagaimana nggak glamaour ya hidupnya?.
Tapi inilah fakta sejarah yg tercatat: Fathimah rela mengikuti saran suaminya utk belajar hidup sederhana dan memperhatikan kepentingan rakyat. Seluruh perhiasan ia serahkan ke Baitul Maal agar bisa jadi solusi di saat keadaan negara darurat. Dan ketika Umar bin Abd Azis wafat tanpa meninggalkan harta, panitia baitul maal menawarkan kembali agar Fathimah mengambil balik semua perhiasan yg dititipkan dan masih utuh. Apa jawabnya??: " tak mungkin saya patuh sama suami saat dia hidup dan melanggarnya ketika ia tiada". Makjleb...

Istri Khalifah Harun Al Rasyid dari Bani Abbasiyah lebih2. Zubaidah namanya.Ia terkenal tegas dan punya ide2 cemerlang. Demi melihat rakyatnya kesulitan air saat ibadah haji dia memerintahkan para insinyur bikin jalan sepanjang 900 mil dan terowongan 10 mil. Proyek sarpras ini dibuat untuk memudahkan distribusi air bersih dari Baghdad, ibukota kerajaan menuju Mekah. Dan akhirnya jalan ini dikenal namanya dengan sebutan Jalur Zubaidah. Woow master piece banget!.

Begitulah bukan hanya tokoh pemimpin yg mampu meninggalkan jejak tapi ibu negara juga idealnya mengukir jejak2 cantiknya selama mendampingi sang jagoan.
Kembali ke perangko di atas, kita tahu jejak Bunda Fatmawati yg paling gampang diingat adalah bendera pusaka hasil jahitannya yg senantiasa mendampingi bendera duplikat saat upacara detik2 proklamasi.  Jejak Bu Tien akan terlihat saat kita mengunjungi Taman Mini. Dan inilah sebenarnya yg menginspirasi tulisan saya, kamis kemarin 7 Agustus saat saya mengantar ibu saya untuk operasi mata di Klinik mata Hasri Ainun Habibie di jl Semeru Bogor. Ini kah jejak peninggalan ibu Negara Ainun Habibie itu. Bangunan klinik yg sederhana tapi antriannya mengular?. Klinik ini sering memfasilitasi operasi katarak cuma2 untuk kalangan yang tak mampu. Saya lihat foto2 Ibu Ainun terpampang persis di novel maupun filmnya: Habibie dan Ainun. Jejak yang indah.
Ibu Sinta Nuriyah meski dibatasi kursi roda namun ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemerhati hak2
wanita dari Universitas Soka, Jepang. Ia pendiri LSM yg mengfokuskan pada isu2 di seputar perempuan.
Dan....terakhir ibu negara Ani Yudhoyono yg hobby jeprat jepret alias fotografi akan diingat jejaknya sebagai pemrakarsa mobil pintar alias perpus keliling. Bahkan kata dosen UNJ beliau mendapat sebutan ibu PAUD karena dedikasinya dalam pengembangan program PAUD- pendidikan anak usia dini yg kini menjamur di mana-mana.

Yo wes, sekarang waktunya kita menanti jejak apa yang akan ditorehkan ibu negara mendatang. Yuuuu...Insya Allah.

Senin, 04 Maret 2013

Berani Hidup, Bersiap Mati

Hollywood tengah meratap kehilangan. Aktor watak Robbin Williams dikabarkan meninggal karena bunuh diri. Tragis. Sosok yg sering berperan kocak ini ternyata tak segambaran antara akting dg dunia sesungguhnya. Entah beban berat apa yg membuat ia depresi. Kata pengacaranya kemungkinan besar karena bipolar disordernya kambuh.  Kabar terakhir di bulan Juli ia masih melakukan upaya rehabilitasi atas kecanduannya terhadap alkohol dan kokain.

Berbaris artis sebelumnya yg mengakhiri hidupnya dg cara tak wajar. Ada Kurt Cobain, Whitney Houston hingga artis blonde tempo dulu Marlyn Monroe yg nyruput obat2 an.
Depresi memang sering jadi modus penyebab bunuh diri di kalangan pelaku hiburan. Kontradiktif ya kesannya.

Di tanah air,  artis Marshanda juga diberitakan  menderita bipolar. Nama penyakitnya unik amat ya, jadi inget pelajaran  fisika tentang kutub dan magnet. Kalo anda searching ttg penyakit ini kesimpulannya penderitanya mood-moodan. Tapi lebih parah dari moodnya rata2 orang yg suka bilang "lagi bad mood nih. Nggak ada ide". Kalau bipolar benar2 kontradiktif. Jika lagi happy maka ia bisa lunjak2 berlebihan, berenergi tinggi hingga tak kenal capek atau membuat keputusan yg aneh2 mnrt orang lain. Tapi jika fase atau mood depresi yg mendominasi dia bisa benar2 merasa sebatang kara, sedih berlebihan hingga nekad bunuh diri.
"Yang pasti saya sekarang merasa lebih bahagia dari kemarin (mungkin maksudnya waktu berjilbab atau waktu bareng dg suaminya)" jawaban sepintas Marshanda di acara Just Alvin minggu malam (10/8). Bilang bahagia tapi terkesan menjelek2an keluarganya. Mata pemirsa kan juga nggak bisa dibohongin dgn melihat gaya rambut dan kuku2nya yg dicat aneh, berbeda drastis.  Belum sorot matanya. Pemeran sinetron Bidadari itu memang kelihatan sdg bermasalah jiwa. Keputusan dia gugat cerai dan lepas jilbab bikin orang kaget seantero Indonesia.  Suaminya aja kaget apalagi kita.  Tapi orang tak setuju boleh2 aja  cuma ngga perlu menghakimi terus2an lah. Namanya orang lagi sakit, gimana sih mungkin lebih pasnya empati bukan simpati ya. Membayangkan kalau kita di posisinya.

Depresi lain ditunjukkan oleh seorang Ignatius Ryan Tumiwa yang minta permohonan uji materil ttg pasal UU KUHP yg melarang eutanasia alias suntik mati kepada MK. Ah ada2 aja, padahal dia jebolan S2 loh kok kepikiran pengen bunuh diri lantaran depresi katanya karena belum dpat kerjaan dan gak bisa berobat ke psikiater. Selidik punya selidik depresinya itu muncul sejak ditinggal mati istri dan ayahnya.
Untungnya MK lagi sibuk ngurus sengketa pilpres ya. Mungkin berkasnya masih nunggu nomor antrian. Saya berharap setelah sudin kesehatan jakarta membawa dia ke RS krn disinyalir mengidap schizofrenia, Ryan mau berubah pikiran. Sayang sama ijazah S2nya, ngebayangin capeknya bikin bab 1 sampe 5 dan bolak balik kampus. Pfuiiih.

Terlepas dari penyakit bipolar atau schizo, kenapa ya orang bisa pengen bunuh diri?.
Angka bunuh diri Indonesia dan Jepang selevel loh. Yaela bangga kok tingkat bunuh diri. Sama2 nomer 9 di dunia. Cuma latar belakangnya beda. Kalau di negeri kita banyak disebabkan faktor sosial ekonomi misal terjerat hutang, nggak punya duit padahal anak2 hrs makan dan sekolah (kasus bunuh diri sekeluarga), kelaparan kayak kasus di Gunungkidul atau PHK. Nah kalo Jepang umumnya harakiri karena malu terdakwa korupsi misalnya.
Cara bunuh dirinya juga beda, di Indonesia kalau nggak gantung diri pakai tali ya minum racun tikus atau pestisida. Nah di Jepang yg namanya harakiri ya tusuk perut cara lain loncat dari gunung fuji.  Kalau di Amrik kita kenal tempat 'favorit' orang bunuh diri itu di Golden Gate San Fransisco dg cara loncat bebas. Katanya udah ada 1500 orang yg meregang nyawa loncat dari jembatan berusia 80 tahun itu.

Ada hasil penelitian yg mengatakan bahwa bunuh diri juga bisa diturunkan karena ini menyangkut faktor genetik alias adanya gen bunuh diri. Gen? Serius?.
Katanya pada korban bunuh diri terdapat 5 perubahan kode DNA yang sama juga terjadi pada orang2 dg riwayat keluarga  pernah melakukan uji coba bunuh diri. Aiih kalo udah sebut DNA pusing deh rasanya. Ya sekedar info sajalah.

Oke mari sekarang waktunya kita pegang dahi untuk berpikir khidmat. Kita cermati ayat Allah di surat An-nisa 29 yang artinya, “Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu.” Di ayat 30 nya pelaku bunuh diri dikatakan akan masuk neraka.
Saya sangat tertarik pernyataan Allah maha penyayang itu. Sifat sayang yg disebutkan bukan sifat lain seakan mengatakan " ayolah kasihani dirimu, jika kau punya segudang masalah, mari sini ada Allah yg akan merengkuhmu dg kelembutan dan kasih sayang, kamu tidak akan merasa sesak dan sakit lagi".
Ya seorang ulama bilang penderitaan orang bunuh diri itu 3 lapis derita. Derita masalah yg mencekik, derita sakaratul maut krn menyiksa diri dan derita di akhirat. Naudzu billah.

Karena kita bukan Dadang Hawari yg ahli kesehatan jiwa alias psikiater mari kita bicara yg luar2 aja dan gampang dicerna.  Siapa orang di dunia ini yg nggak punya masalah?  Biasanya depresi terjadi karena kita ngrasa nggak punya jalan keluar, atau mungkin merasa beban itu terlampau berat.  Waktu Bapak saya meninggal ada saudara saya yg depresi karena shock, dia jadi seperti bukan dia sesungguhnya, ngomongnya nglantur segala unek2 yg terpendam bertahun2 bisa terucap sendiri. Ada juga saudara sepupu saya depresi karena nggak kerja2 trus di rumah saja diam mematung, tetangga saya di kampung depresi berkelanjutan karena nggak lulus masuk Akabri.
Saya sendiri pernah ngerasa down waktu habis keguguran calon anak pertama, soalnya nunggu hamilnya saja hampir setahun lebih.  Rasanya sediiih banget, bengong dan merasa menjadi orang yg tak berguna. Alhamdulillah nggak sampe depresi, segera disadarkan bahwa masalah yg datang silih berganti itu cara Allah menguji siapa kita. Hidup itu ada dlm genggamannya.

Jadi cara orang segera menemukan pelarian dan muara dari beban masalah itulah yang akan menyadarkan dan menyelamatkannya.
Kalau pelariannya hal atau tempat yg salah pasti dia tak bisa keluar dari masalah justru menemukan masalah baru. Artis-mhn maaf tdk semua juga kalo ada masalah larinya ke obat2an ya nggak bisa selamat justru semakin depresi. Jadi dlm hal ini perlu orang2 terdekat yg merangkulnya.

Cara terbaik menyelesaikan masalah ya mencari muara masalah, kembalikan kepada yg menggenggam masalah. Kita berdoa berserah diri minta segala beban masalah diselesaikan olehNya, "Rabbana wa laa tuhammilna ma laa thoqatala na bihi, Ya Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yg kami tak sanggup memikulnya".

Sesungguhnya berani tetap hidup untuk menantang dan menembus masalah jauh lebih gentle ketimbang mengaku berani mati karena tertimpa masalah. Kematian tanpa diminta adalah sebuah keniscayaan tapi bukan berarti diri kita sendiri yg merancang kematian. Semua ada waktunya.

Akhirnya, bersyukurlah kita jadi orang biasa2 saja, yg tak mendefinisikan bahagia setinggi menara. Saya bisa sj capek bekerja, berdesakan di kereta, dingin menggigil jika hujan tiba, namun jika sudah ketemu muaranya yakni melihat tawa canda anak2 dan belahan jiwa semua letih menguap begitu saja. Sederhana kan formula bahagia?.

Biarkan hidup mengalir yang penting kita tahu muaranya.  Mari berani hidup menembus belantara dunia dengan bergantung padaNya saja,  agar kita pun siap saat kematian tiba. Ya berani hidup, bersiap mati.

siapa suruh jadi PNS


SIAPA SURUH JADI PNS?


Kupingku langsung berdiri ketika beberapa orang disamping mulai bersuara dengan agitasi-agitasi yang memicu asam lambung. Perih, ditambah tak sempat sarapan demi ngejar-ngejar finger print (emang garis finish, pake dikejar-kejar?), sosok pendiam di kantor itu memang tampangnya kayak debt collector kalo lagi nagih utang kewalahan.
“Jadi PNS enak banget ya, jalan-jalan melulu, kadang ke luar negeri trus nginep di hotel berbintang, blanja blanja haha hihi,..tapi kerjaannya nol besar!”
Hatiku nggak sabar nyela, “kenapa nggak sekalian aja…PNS itu doyan pamer, pasang pic di FB lagi nyetir Serena atau BMW (mending tuh, nah aku saban hari nyetir supra fit ke penitipan motor yg mesinnya kalo buat nanjak suka ngos-ngosan kayak pasien anfal, makanya motorku belem pernah ku aplot di socmed. - Kenapa?? takut dikira hasil rampasan perang ya? gratifikasi atau dituduh masih kredit pake jaminan SK? bukann!! ….Tapi kalo diunggah takut nyaingin pasarnya www. tokobagus.com hi..hi)
Bla...bla…bla premis-sementara (di otak mereka), PNS itu kerjanya ngabis-ngabisin uang Negara. Padahal kualitas kerjanya tak seberapa malah ada yg hobi foya2, kena narkoba, ada yang digrebeg lagi berzina (suma naudzubillah), bolos kerja berhari-hari sampe keluyuran di pasar atau mall pake baju seragam di saat2 jam kerja. Waduhh parah parah! (kalo gini emang parah, gumamku-ngelap muka)
Itulah keluhan masyarakat sekaligus opini jika disuruh mengungkapkan pendapatny ttg PNS, kalo gak percaya buka komen-komen di layar maya soal PNS dijamin program diet anda berhasil, karena langsung kenyang, akibat hipotalamus di otak anda langsung kirim email berupa sinyal-sinyal ke kelenjar hipofisis untuk tidak bereaksi ngasih kode buat lambung minta makan-kelaparan..
Mata saya terpejam bergaya mimpi indah, nyumput dipojokan. (kenapa? malu ya?, bukan tapi ini kiat jitu menghindari omelan petugas komuter cewek yang galak, yang paling beugah kalau liat penumpang bawa kursi lipat, kira-kira begini nyolotnya “eh bu, mau kerja apa mancing, kalo mau mancing sono noh turun di stasiun UI ada danaunya, gratis lagi!”beeeh. Makanya aku paling senang obral senyum manis up to70% (kayak cuci gudang) sama petugas tiket KRL, kadang-kadang sembari nawarin brownies Amanda atau otak-otak manggarai atau kalo lagi seret ya sekedar premen kopiko-gantinya ngopi)
Hiks.. meski pura-pura tidur tapi jiwaku sesungguhnya menangis (meratap-ratap sambil tutup mulut pake tisu, kering sudah air mataku… dalam hal ini aku support sama orang-orang yang demen pake masker di kereta, masker walau gak menutup mata (emang mau ambil undian?) tapi bisa juga menggambarkan keapatisan si pemakai..coba aja perhatikan lebih serius ha…ha, masker = anti pluralitas (seakan-akan nggak mau membaur dengan berbagai bau-bau yang ada, walaupun niatnya baik jaga diri dari serangan virus H4N1 flu burung, atau H1N1 flu babi…ada yang tau nggak nama keren flu yang bikin bersin-bersin karena liat orang pegang duit banyak? )
Emang serba salah ya jadi PNS. Tapi biar diomongin pake bahasa ironi hingga sarkasme yang sekali kali pake gaya hiperbol, plus komentator berbusa2 yakin deh yg namanya tes CPNS tetap digandrungi. Mereka rela berjubel di GOR kayak anak sekolah mau UN, yang pagi-pagi buta sudah nyiapin bekal buras, risoles dan susu ultra juga pensil 2B dan satu lagi papan berjalan (dari dulu sy selalu protes kenapa dijuluki papan jalan-agak mirip hantu pocong yg ditakuti anak saya) demi bisa meraih posisi sebagai PNS-abdi Negara, pelayan masyarakat, dengan iming-iming jaminan uang pensiun.
Siapa suruh sih jadi PNS? Aku celingukan, siapa ya? Yang jelas bukan masinis KRL ini. Padahal kan udah tahu (waktu kuliah praktek lapangnya juga di departemen) jadi PNS itu kayak apa, apalagi di jaman repotnasi (reformasi-red) kayak gini, di mana siapa pun siap jadi penilai, evaluator, komentator sekaligus auditor. Engkau musti tahan banting, kebal kuping, muka badak (bercula satu, kasihan hewan ini ikut-ikutan dibawa padahal populasinya hampir punah di Ujungkulon). Siapa suruh gue ya? (dih, gue. Sejak kapan?) . Suara di sudut hati yang lain teriak nyaring. Ini takdir, takdir, Gan! (pasti membernya kaukus.com nih!). Takdir yang merupakan bagian dari Rahasia Illahi- kayak judul sinetron di TPI dulu, sinetron religi yang mengemban misi khusus agar si pelit, si sombong atau si durhaka segera taubatan nasuha, karena kalo nggak, bisa-bisa matinya kelak begitu mengerikan (perut membusung, lidah melet atau kuburannya keluar asap beracun.). Takdir atas kehidupan manusia walaupun yang namanya pekerjaan tentu saja pilihan hidup. Tapi yakin akan takdir adalah klausul dari rukun iman ke-6. Semua muslim akur.
Akhirnya saya jujur kalo saya jadi PNS memang nggak disuruh siapa-siapa alias coba-coba aja awalnya. Tepat kata si member kaukus di atas yang suka bilang ‘permisi agan-agan dan sista-sista’ dan embel-embel lain seperti ‘No afgan No rosa (suer sampai skrg sy ga tau maksudnya), murmer, nego alus (emang ada nego kasar ya- kyknya ibu2 yg jago nawar tuh) dan COD, cash on delivery- bayar kontan pas udah ketemuan, jadi PNS memang takdir karena semuanya serba dipermudah oleh Allah, yang maha berkuasa. Salah satu contoh takdir tuh gini, waktu tes CPNS tahun 2007 yang ikutan tes di bagian ku cuma 16 orang, mau diambil 4 orang jadi peluangnya kata anak statistik 25%. Gede kan?, Sementara di ruang lain untuk jurusan komputer, ekonomi, agama, hukum dll meluber kayak banjir jebol di latu harhary tempo hari. Itu yang saya sebut takdir, semuanya sudah diatur dalam takaran Tuhan yang maha teliti. Padahal waktu tes saya lagi sakit diare (nafas saya msh bau entrostop) yang membuat badan lemes tak karuan, tapi semua soal statistik yang keluar- kebetulan banget adalah soal-soal yang biasa saya ujikan ke siswa-siswa saya di sekolah (waktu itu sy msh jadi guru matematik). Kebetulan?. Aku pikir tidak, karena kebetulan pula aku termasuk orang yang mengfollow aliran dengan quote begini, “Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur oleh Tuhan”. Bahkan saya idem ditto sama kata-kata Einstein, “kebetulan adalah cara Tuhan menyampaikan sesuatu dengan anonim (tidak ada yang namanya kebetulan). Jadi tes pertama dan terakhir dalam hidup saya itu adalah bagian dari mozaik-mozaik takdir Tuhan yang tadinya berserakan lalu terkumpul pada waktu yang sudah dijadwalkan oleh Tuhan (lauhul mahfud) dan diskedul oleh Jibril, sang malaikat pembawa rejeki.
Kembali ke soal PNS. Lima tahun jadi PNS saya agak berdebar-debar,…kalo ada omongan-omongan tak sedap. Bahkan kalao ditanya kerja dimana mbak?, “di kemenag” langsung deh bola mataku seolah radar yang suudzon merekam kepala si penanya , nih pasti otak dia lagi merangkai kalimat, “di depag?, yang suka korupsi itu ya?. Haji dikorup, bantuan dipotong, sertifikasi nggak beres…computer diembat, eh yang paling menyedihkan anggaran Al Quran pun dipermainkan dan dimakan ramai-ramai astaghfirullah…” . bahkan guru SMA ku sampai kaget, “di depag??, departemen paling gawat?...hati-hati!, jaga diri!”, seolah kerja di sana sama saja menyerahkan diri pada kubangan syaitonrojim. Teman saya di kantor kasih advais rada bijak, kalo ada yang bilang ini itu, kamu harus meniru artis Dessy Ratnasari yang pernah dijuluki artis No Comment. Laaaah, aku nggak bisa, karena aku bukan selebritis, bilang no comment ya malah disudutkan. Tapi sudahlah mungkin maksudnya no comment itu, lebih baik kita tidak berkomentar seakan-akan membela diri. Yang penting bekerja dengan baik sesuai dengan kode etik yang dikeluarkan bagian ortala kepegawaian. Lurus aja. Ibarat kata, semua ruangan di bumi Indonesia memiliki potensi-potensi untuk itu tapi tidak semua orang kan begitu?. Oknum, kalau istilah kriminalitasnya. Oknum dimana-mana sama mau di India dengan nama Tuan Takur atau Haji Muhidin di Tukang Bubur semuanya nyleneh dan keluar pakem orang bener. Tapi Insya Allah dalam kubangan hitam pun masih ada mutiara terpendam yang bersinar (cieeeh, ini kalimatnya Suryadharma Ali di banner deket pintu lift-mau pesan? Nanti saya upload).
Jadi teringat cerita seorang gubernur di masa pemerintahan Umar Bin Khattab, r.a. Dia, Said bin Amir, adalah Gubernur Provinsi Himsh- yang kalau dianalogkan golongannya mungkin setara dengan pejabat eselon 1. Maksimal IV/e dengan predikat Pembina Utama !, Jadi beliau ini nggak sekedar PNS tapi pejabat Negara!. Waktu Khalifah Umar sidak, dia dihadang warga yang menyampaikan mosi tidak percaya terhadap gubernurnya, mereka protes bahwa Said Bin Amir kalau mengunjungi warga selalu kesiangan, kalau malam susah dikontak dan dia meliburkan diri 1 hari dalam sebulan. Ada apa gerangan??. Umar begitu bijak, dia tidak menelan mentah-mentah teguran rakyatnya. Ia harus tahu duduk persoalan dengan cek n ricek. Dipertemukanlah Said Bin Amir dan warganya dalam forum –anda bertanya saya menjawab (jaman Pak Harto mirip klompencapir kali ya..). Di situlah terbuka semuanya, masalahnya jadi transparan. Gubernur Said bilang, karena dia tak punya pembantu maka dia pagi-pagi harus membantu istri bikin adonan roti (ini baru suami teladan, two thumbs!!), masak buat keluarganya (mungkin juga anaknya masih ada yg PAUD kayak anak saya). Horee,…lho??, (ini mirip kisah saya, harus mandiin anak, ngepang rambut, beliin bekal, goreng ceplok jadi mhn maklum kalau finger print selalu pasang muka masam- telat kok dipiara, maunya!!!). Kedua, kalau malam hp beliau dimatikan (no call, no sms, no email apalagi COD) karena waktunya khusus untuk beribadah, mendekatkan diri pada Allah SWT-kontemplasi (camkan itu wahat pejabat Indonesia!-he..he siapa elu main perintah?). Nah terakhir, dia memang mengkhususkan libur 1 hari hanya untuk nyuci bajunya yang cuma satu-satunya di badan (eit,…sebentar..bentar pembaca jangan protes and bilang masaaak seeeeh!.), beliau nyuci pagi hari karena baju cuman satu, ditunggulah hingga kering (ngebayangin kalau njemurnya di Bogor pas musim ujan), setelah kering baru dipakai lagi dan keluarlah beliau sore hari. Ya Robbana??!!!, terbuat dari bahan baku apakah manusia macam Said Bin Amir ini?. Zuhud bangeett. Jauh deh kita-kita dengan generasi sahabat, juauuuuuh banget. Yang membuat dadaku sesak tangis, ketika Umar minta data calon penerima zakat dari BPS, mata beliau terbelalak karena ada nama Said Bin Amir ada di deretan daftar (distabilo pula kali ya,?). Nih Said yang mana nih? Jangan-jangan serupa tapi tak sama. Tapi memang benar Said Bin Amir, sang gubernur itulah yang masuk dalam daftar dicalonkan sebagai orang penerima zakat yang wajib dikasihani dan dipenuhi kebutuhannya. Masya Allah.
So, aku pikir bukan soal jabatan atau kita kerja di mana yang menjadikan orang itu selamat. Tapi keyakinan pada kebenaran dan pengawasan juga kecintaan pada Allah SWT yang akan menyelamatkannya. Jadi tetap mau jadi PNS?. Insya Allah selama belum darurat bin gawat-stadium 3. Mudah-mudahan bisa amanah.