Rabu, 15 Februari 2012

Menulis di Tengah Himpitan Commuter Line



Sejak Commuter Line diberlakukan tgl 2 Juli 2011, hatiku resah. Soal tarif bolehlah lebih murah dari tarif Pakuan Ekspress, 11 ribu menjadi 7 ribu. Tapi bagiku dan bagi para pekerja yg tiap hari bolak balik Bogor -Jakarta kenyamanan dan keamanan adalah number one. Sungguh kebijakan PT KAI dan Dephub saat itu aku rasakan sebagai kebijakan yang tidak bijak buat kami. Kenapa? Ya karena kami sudah membayangkan bagaimana kami harus lebih lama sampai kantor, berjubel ria dengan pemakai KRL yg biasanya pakai ekonomi AC. Dan betul sekali dugaan itu! hari pertama commuter line diberlakukan begitu kacau. Pagi2 kami harus berhimpit2an layaknya ikan sarden dalam kaleng, berhenti di setiap stasiun yang memperlambat waktu ke kantor, kami-umumnya para ibu yg biasa bawa kursi lipat tidak bisa lagi memakainya karena tdk ada lagi space untuk itu. Begitu mengesalkan. Jengkel, marah, haus, lapar, bau keringat, pusing, mual, eneg, gerah, bercampur aduk jadi satu. Potensi stress. Keluar2 dari commuter baju kami sdh basah, tubuh lelah dan pegal. Bagaimana mungkin kami bisa bergairah dalam bekerja jika tiba di sana dalam kondisi 'amburadul'?. Seminggu berjalan kondisi tsb masih mengalami penyesuaian2, jadwal kereta yg lebih sering tidak tepatmya belum lagi masalah lain seperti gangguan sinyal, rel anjlog dsb kerap menambah runyam suasana. Tapi itulah kita, Warga Indonesia yang sudah biasa diberi semboyan tata tentrem kerta raharja, witing tresna jalaran seka kulina serta ala bisa karena biasa, akhirnya kami pun bisa menjadikan suasana itu biasa karena toh tidak banyak yang mesti kita perbuat, pemakai commiter pun akhirnya hrs bersabar saja, mau kegencet kek, engap kek, pegel, kaki membesar kek. Ya sutralah. Nasib...nasib siapa juga suruh pake commuter. Nah lho!, aku sendiri kalo disuruh naik bis ke kantor ya berpikir ulang juga. Jakarta macet Bung! Stressnya bisa 5 kali lipat. Karena tdk ada pilihan yang meyakinkan, yo wis lah tetep jadi komunitas roker-rombongan kereta wae. Dari kondisi yang berpotensi membikin stress itu aku mencoba berpikir jernih. Ya Rabb, kalo mengeluh terus jelas tdk menyelesaikan masalah malah bikin kepala mau pecah, bengong2 saja sambil ngitungin stasiun yg terlewati jelas nambah capek, baca diktat kuliah? Hoh mau dipelototin orang? mending bukunya tipis lahh tebelnya segede bantalan kursi!. Lalu enaknya ngapain ya?. Apa cara jitu untuk mengalihkan rasa pegal, enek, kesel, cape menjadi rasa yang enak, enjoy, melayang gak berasa apa2 pokokya mauku ni commuter tahu2 udah nyampe Gambir aja!. How?...How can? Cliiing...ideku keluar!. Sesuatu banget Kenapa gak nulis aja Wikan?. Pan lumayan bisa nglanjutin obsesi kamu sejak 10 th lalu pengen punya buku minimal 1 novel terbit seumur hidup, Ya! Novelku sayang novelku malang yg aku tinggal pergi sejak SK PNS ku keluar, aku tak menyentuhnya lagi karena disibukkan dengan angka2 pagu anggaran, dinas luar, laporan kinerja, BKU, dsb, kubiarkan ia dengan episode menggantung karena sepulang kerja aku lebih asyik bercengkrama dengan Muthia, Hanif dan suami tersayang lalu terjun bebas dalam pelukan bantal menembus malam. Bangun malam pun yang ada untuk mengerjakan tugas dosen, take home, maupun laporan kelompok. Apakah aku harus memensiunkan hobbiku saat kuliah S1 dulu. Hobbi yang berkenan menolongku karena kekurangan uang saku, hobbi yang membuatku merasa dihargai? Ya ampun jahat sekali engkau mematikan potensimu secara perlahan-lahan. Sadisnya! . Hayolah ubah tantangan ini jadi peluang, ingat bukannya semester ini kamu belajar lagi analisis SWOT (deugh...sewot dibawa2 pula). Jangan sampai keriting di commuter line, bisa-bisa penuaan dini. Jiaah..
Ku keluarkan Nokiaku. Kulirik sekeliling. Canggih, hampir semua ibu2 dan nona2 pada ber-BBM ria sambil ndengerin musik lewat headsetnya. Dari ujung gerbong hingga ke ujung gerbong ladies semua penghuninya biar berhimpitan kepalanya nunduk semua!. Begitu khusuknya bukan mengheningkan cipta tapi berselancar di dunia maya; twitter, BBM umumnya sih fesbukan. Untung nokiaku ada quickofficenya, semacam MS word begitu. Kucoba tulis lanjutan episode novelku yang terkatung-katung nggak karuan. Kata demi kata kutulis perlahan-lahan. Ajaib! Otakku seolah olah tune up dengan sendirinya. Tanpa beban mengalir begitu saja rangkaian alur cerita tahu-tahu sudah 2 halaman, 4 halaman. Kalimat-demi kalimat menari-nari seolah jemariku tak sanggup menghentikan ketukan keypad nokiaku. Enak...ringan...terbuai, melarut dalam nuansa cerita yang kureka-reka sendiri. Senyam senyum sendiri (hi...hi). Tak ingat lagi rasa pegal menjalar di betisku, tak kenal lagi emosi yang membuncah karena berdiri di tengah himpitan orang. Mmm yummy...Eh tahu-tahu aja suara operator menggema di udara, ‘SEBENTAR LAGI KERETA ANDA AKAN MEMASUKI STASIUN GAMBIR, PERIKSA BARANG BAWAAN ANDA JANGAN SAMPAI TERTINGGAL ATAU TERCECER DI ATAS RANGKAIAN. SELAMAT JALAN. STASIUN GAMBIR’. Oalah sudah sampai tho? Nggak kerasa ya...tahu-tahu aku sudah mengsave 2 episode cerita!. Bravo deh. Aseeek. Wah bener-bener gak berasa capek padahal tadi aku asli berdiri selama satu jam sepuluh menit!. Subahanllah...Maha suci Allah yang menuangkan ide dalam kepalaku. Yang telah memindahkan rasa lelahku menjadi energi positif.

Tidak ada komentar: