Kamis, 18 Desember 2008

NGINJEK KODOK


Masih seputar kereta Pakuan, aku paling suka mengamat-amati orang di sekeliling aku duduk. Yang menahan kantuk, yang tenggelam dengan buku-buku setebal bantal guling, yang haha hihi, yang nelpon melulu sejak masuk kereta sampai ketemu stasiun, yang goyang-goyang sambil mendengar musik dengan mata merem, hingga suami istri yang mungkin baru kali ya jadi pengantin jadi sepanjang kereta mereka mendendangkan lagu 'sepanjang jalan kenangan' maksudku, ngobrol nggak habis-habisnya sambil saling melempar pandangan mesra dan senyum-senyum dikulum. Salah satunya pasangan muda yang kerap aku temui di sekitar gerbong 7 atau 8, kalau pas pulang ke Bogor. Aku amat interest sama mereka. Tadinya kupikir mereka sekedar 'pacaran' saja. Tapi beberapa kali aku mengamati terutama cincin yang melingkar di jari mereka, aku berhuznuzhon kalo mereka Insya Allah sudah menikah. Yang perempuan, akhwat berkerudung rapi tapi dengan style orang kantoran. cantik itu pasti, ada sedikit keturunan arab. Aku aja (yang sesama perempuan) kerap bertasbih jika melirik wajah innocentnya. Putih, dengan hidung proposional. Kacamatanya semakin melengkapi kecantikan dan mengesankan kecerdasannya. Yang ikhwan?,....mmm sebenarnya sih aku nggak bilang jelek, tapi dibilang ganteng juga agak ragu. Badannya tinggi gede, dengan kulit rada legam. Aku bergumam dalam hati, oh alangkah bahagianya pasti lelaki itu. Punya istri cantik, cerdas, dan sepertinya juga dari kalangan menengah ke atas. Syurga dunia deh. Aku sering mencuri-curi pandang ke arah mereka, bukannya iri lho tapi siapa tahu mereka bisa ngasih inspirasi buatku nulis. salah satunya yang sedang kutulis ini. Kalau secara fisik sih, mungkin mereka kurang serasi, istilah temanku dulu ngimpi nginjek kodok. yang mimpi perempuannya, he...he....ya tapi itu kan hanya anekdot aja. karena kita nggak boleh nglihat orang dari luarnya saja. Inna akromakum indallohi atqokum, kira-kira begitu ya. Siapa tahu ikhwan itu memang punya kharisma 'luar biasa' buat istrinya. Coba aja biar nggak sekeren Dude Harlino, tapi cara bicara dan memandang istrinya itu seperti memberi payung kenyamanan. Melindungi dan amat menghargai pasangannya banget. Istrinya sih kalo ngomong menghadap ke depan, tapi kalau si lelaki, selalu menyertakan bahasa tubuhnya. Ia selalu menatap istrinya itu dengan mimik cerah, sambil mencondongkan badannya. Tidak ada kontak fisik sih, tapi cara mendengarkan cerita istrinya itu lho yang menunjukkan ia begitu perhatian dan sayang. saya juga heran seingatku kalau aku pas bareng mereka, adaaaa aja yang mereka obrolkan nggak habis-habisnya, kadang sambil makan keripik bersama. Jadi, meski si lelaki gak ganteng-ganteng amat tak sepadan dengan pasangannya aku sih selalu menganggap ia pasangan muda yang serasi. Mudah-mudahan aku dan suamiku juga begitu ya..., serasi di mata ALLAH, dunia akhirat amin, walaupun dalam hal ini aku sering ngerasa suamiku lah yang mimpi nginjek kodok he...he.. sadar diri tho?

Tidak ada komentar: