Sabina Altynbekova. Anda kenal?. Saya sih enggak krn belum pernah papasan. Tapi kalo sekedar tahu, oke lah. Beberapa pekan ini timeline fb dihiasi wajah cantiknya. Pevolli dari Kazakhstan ini memang unyu-unyu banget. Semampai putih dan so charming.
Cuma yg bikin saya kelu ketika baca judul berita begini, "Sabina terlalu cantik untuk jadi Pemain Bola Voli". Wis jan. Media ini lho, seenak perut menghakimi bakat seseorang hanya karena cantik. Emang apa salah berwajah cantik?. Ha...ha. Kesannya kalo cantik ruang prestasinya hanya boleh catwalk, akting dan artis. Ngga harus kalees.
Tapi begitukan nyatanya?. Banyak sebenarnya orang cantik/ganteng yg bersliweran di TV sebenernya punya potensi lebih ketimbang mengandalkan wajah atau pesona ragawinya tapi oleh kebanyakan media seolah ketutup gerhana. Enak ngga sih, kalo orang cerdas, beprestasi gemilang, ilmuwan, politikus, dokter spesialis langka, olahragawati, peneliti dll tapi kalo diwawancara yg ditanyakan kehidupan pribadinya bukan prestasinya hanya lantaran 'nasib'nya berwajah cantik?. Kalo saya bilang kasihan nanti anda bilang saya cuma menghibur diri karena bukan 'korban' hi..hi.
Banyak mantan artis yg mnrt orang cantik jadi politikus DPR. Tapi kalau di TV seringnya salah masuk jurusan berita. Harusnya saluran news malah infotaiment. Kan sayang prestasinya gak nampak2. Jarang sy denger politikus artis kasih koment politik. Ada sih macam Nurul Arifin, Tantowi Yahya atau Rachel Maryam. Itu pun mereka berjuang keras utk menampakkan eksistensinya. Sungguh kalo Rieke Dyah Pitaloka ngomong di TV pasti saya selalu bilang itu Oneng yg bicara. Bajuri..mana Bajuri..
Mungkin kalo hanya ketutup karena cantik nggak terlalu masalah. Ada juga orang cantik yg tak dikenang b sebagai pahlawan karena kabar yg tersebar dan sampe di masyarakat justru kabar berbau 'kontroversi'. Coba tahu nggak anda dengan Ratu Kalinyamat dari Jepara?. Mungkin ada yg denger atau baca kisahnya. Yg sering diomongin orang pasti kisah ketika ia bertapa di suatu tempat sepi dengan melepas baju alias maaf, telanjang. Badannya hanya tertutup rambutnya yang panjang. Bupati Jepara era abad 16 ini menyepi lantaran kecewa dan sakit hati. Kakak dan suami tercinta dibunuh oleh orang yg sebenarnya msh terbilang saudara sendiri yakni Arya Penansang, penguasa Jipang. Ia akan berhenti semedi kalau si pembunuh juga terbunuh. 'untung' harapannya terkabul. Ia pun kembali move on. Melanjutkan tugas kenegaraanya sebagai bupati di bawah Kesultanan Demak.
Ratu Kalinyamat meski cantik tergolong tegas. Oleh Portugis ia mendapat julukan
rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani".
Gara-garanya ia mengirim 4000 pasukan Jepara plus 40 kapal perang pada th 1550 dlm rangka ngebantu Sultan Johor membebaskan Malaka dari cengkraman Portugis. Meski gagal namun tak lantas patah arang, ia mengirim lagi untuk serangan kedua sebanyak 15.000 pasukan dan 300 kapal atas permintaan Sultan Aceh. Konon sebelumnya ia juga membantu kerajaan Hitu di Maluku. Ia mewarisi semangat anti penjajahan yg dipelopori Pati Unus, pendahulunya. Pati Unus lebih terkenal ya kayaknya krna sering disebut di buku pelajaran sekolah.
Bisa kirim pasukan sebanyak itu pastilah sebuah prestasi luar biasa utk sekelas kabupaten, ya kan. Di bawah kepemimpinannya Jepara menuai masa gemilang karena memiliki armada tangguh dan bandar perdagangan yg maju dan ramai. Rakyatnya pun sejahtera. Sayang nggak terlalu terekspos.
Ya nasib memang kalo masyarakat kita juga demen dg berita2 sensasi di seputar wanita cantik. Gimana nggak, dari kecil kan kita juga dikasih cerita seputar tokoh wanita cantik tapi ceritanya naif.
Misal kisah Ken Arok terobsesi jadi raja Singosari konon lantaran diawali ketika ia memergoki betis Ken Dedes yg bersinar indah tatkala keluar dari dokar kerajaan. Ia lalu punya niat jahat membunuh Tunggul Ametung suaminya dengan keris Mpu Gandring. Jadilah kemudian ia seorang raja dan mengawini Ken Dedes. Nelangsa ya si Ken Dedes ini mau diperistri sama orang yg membunuh suaminya sendiri. Naif pula jika hanya karena betis. Weew.
Maha Suci Allah yg mengisahkan Ratu Balqis dalam Al Qur'an. Sosok wanita kuat dari sebuah negeri bertajuk Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur sebenarnya memberikan konklusi hikmah agung; ratu yg bijaksana, mengutamakan musyawarah mufakat , menghormati pendapat para bawahannya dan menggunakan logika dlm memimpin daripada emosinya. Prestasi bukan, meski saat itu ia masih tergolong ingkar?
Namun sayangnya kisah tentang Balqis di masyarakat lebih fokus pada sisi keperempuannya. Coba saja seandainya dianggap film maka yg dishoot berulang adalah scene yg mengisahkan saat dia hendak 'bertekuk lutut' mengakui kenabian Sulaiman AS, Sang Ratu menyibakkan kain hingga terlihat kedua betisnya lantaran ubin yg dijejak dikira hamparan kolam bening. Dulu jika guru SMP saya brcerita ini suasana kelas langsung geeeer. Diulang lagi, geeer lagi. Ya ampun.
Mungkin ini deh yang disebut gagal paham.
Jika disuruh merating cerita tentang perempuan cantik dlm khazanah dongeng Indonesia mungkin saya kasih bintang lebih sama Roro Jonggrang yg minta dibikinin candi sama Badung Bondowoso dan Dayang Sumbi yang order sebuah perahu ke Sangkuriang dalam tempo 1 malam. Biar dibilang nggak masuk akal tapi ada kesan keduanya memiliki 'posisi tawar'. Coba kalo keduanya cuma minta dikasih mahar sekotak perhiasan wah...apa kata dunia. Indonesia bakal nggak punya sumber devisa dari sektor pariwisata. He..he
So bersyukurlah jika diberi wajah rata2. Mau rata2 bawah atau rata2 atas yg penting memenuhi standar kelayakan. Yakin deh prestasi dan keunikan anda lebih jadi fokus perhatian.
Bogor, 8 Agustus 2014
Sembari nunggu pakdhenya anak2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar