Jumat, 22 Maret 2013

Jilboobs; Istilah Keterlaluan

Terlalu!. Jilbab + Boobs jadi jilboobs.  Bagaimana bisa sebuah kosakata "langit" yg disebut khusus dalam Al Qur'an dan menandakan konsep aqidah 'dipadupadankan' alias digabung dengan kata yg menurut sebuah sumber masuk dalam daftar vocabulary kotor, dan bermakna (sindiran) porno dalam kamus bahasa inggris gaul?.   Boobs  artinya memang maaf- payudara tapi makna sebutannya jelas berbeda dengan breast. Breastfeeding, misalnya dipakai ibu2 untuk sebutan masa menyusui. Tapi jika menyebut boobs pasti arahannya ke sana lah. Pikiran kotor. Tega-teganya...semoga Allah mengampuni siapa yg iseng nyeletuk istilah ini alias perintis istilah.

Mencari siapa yg pertama kali menyebarkan istilah ini tentu saja ibarat nyari kutu dalam pasir. Susah. Kita pun mafhum istilah hanya efek dari fenomena yg merebak. Tepatnya nggak ada reaksi tanpa aksi tak ada akibat tanpa  sebab.
Nyatanya memang perempuan berkerudung tapi bercelana ketat, menonjolkan dada dan lekukan pinggangnya- jika ini yg dimaksud saban hari juga bisa kita saksikan bersama. Sliwar-sliwer. Di jalan, kampus, pasar, mall, KRL hingga masuk masjid untuk sholat sekalipun.
Saya sendiri walau sebenarnya tak setuju tapi nggak bisa berbuat banyak, paling mencoba berprasangka 'mungkin dia belum paham', 'mungkin masih belajar', "mungkin masih berproses".  Nggak sampai tahap menghardik, mencaci apalagi memaki.  Jangan lah. Bukan hak dan porsi kita. Mereka sekedar perlu diluruskan oleh orang2 di dekatnya yang paham.

Yang bikin prihatin memang ada sebuah fanpage yg mempopulerkan istilah ini. Setiap ada kiriman foto perempuan dg busana demikian maka akan diupload dan dikasih status sama si admin berisi ucapan: " selamat anda masuk #jil****s.

Nah lho..gadis2 muda ramai mengupload fotonya yg berkerudung tapi sekaligus memamerkan dadanya. Ampun deh. Waspada buat para ortu yg punya gadis. Warning juga buat para guru khususnya untuk guru agama di sekolah menengah/madrasah aliyah.  Bahkan tugas suami juga jika istrinya masih ada seperti itu.

Mari kita perbaharui niat dalam berjilbab. Jilbab kan pakaian aqidah dan ibadah karena perintah ini ditujukan kepada mereka yg beriman (mengimani bahwa ini perintahNya) dan yakin jika mengenakannya adalah ibadah yg bernilai pahala. Jilbab bukan sekedar baju biasa. Ada 3P fungsi jilbab:
1. Penutup aurat  (QS. annur :31).
2. Pengenal/identitas  (Qs. Al Ahzab:59)
3. Pelindung (Qs. Al Ahzab:59)
Jil****s tak bakalan memenuhi ke3 fungsi di atas. Kerudungnya sekedar penutup kepala agar nampak cantik,  Identitas juga kurang jelas karena tdk menumbuhkan izzah (kemuliaan) islam bahkan merendahkan. Pelindung?. Ah saya ngga yakin kalo ia lewat didepan sepuluh laki2 berjejer nggak akan disuit2in..kecuali mereka nunduk baca koran semua.

Jadi jangan jadikan jilbab sebagai trend fashion dan sekedar komoditas tanpa memperhatikan pakem/rambu2nya. Sebenarnya menutup aurat dlm rangka berhijab seperti anjuran agama sederhana saja.  Kaidah yg paling simpel itu cuma 3T: Tutupi dada, Tidak tipis/nerawang dan Tidak ketat alias longgar. Hanya itu. Mode terserah yang penting pemakai dan penonton nyaman he...he becanda. T pertama jelas itu kata Al Quran bukan kata saya.
Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya. (An Nuur :31)

Perintah ini bersifat umum dan all size mau muslimah yg bajunya berukuran S, M L atau XL. Kadang kan ada yg berdalih saya kerempeng, nggak bakalan  nampak kalo tak ditutupi. Atau sebaliknya kalau ditutupi bikin penampilan saya tambah gemuk. Susah kan kalo kita masih suka tawar menawar?.

T kedua dan ketiga disinggung pada salah satu hadits yg intinya menceritakan bahwa saat Rasulullah SAW dlm perjalanan mi'raj ke sidratil muntaha diperlihatkan oleh malaikat Jibril visualisasi kondisi neraka. Beliau melihat sebagian besar penghuninya adalah wanita. Siapa saja mereka? Salah satunya adalah wanita yang berpakaian tapi sejatinya telanjang karena tipis dan masih menampakkan lekak lekuk tubuhnya. Mereka tak akan masuk surga bahkan mencium baunya saja tidak, kata beliau.

Oke, mari kita flashback. Bagaimana perjuangan jilbab di negeri kita. Jilbab dikabarkan mulai marak sejak tahun 80 an. Mulai merambah di kampus2. Sangat terbatas dan blm leluasa. Banyak berita jilbab tidak bisa diterima di ruang2 publik bahkan tempat bekerja. Pada tahun 90 an saya ingat betul teman2 saya di SMA harus berjuang keras utk bisa berjilbab di sekolah (kebetulan saya baru pake selepas lulus). Mereka harus rela bongkar pasang. Dari rumah pakai, di sekolah dilepas. Kalau tidak harus siap pindah sekolah. Tapi mereka istiqamah berjuang hingga akhirnya melalui SK mendikbud Fuad Hassan bernomor 100/C/Kep/D/1991 mereka bebas berjilbab di sekolah. Sungguh saya angkat topi dg jiwa pembaharu mereka.

Sekarang jilbab alhamdulillah berkibar dimana-mana. Muncul pula trend fashion jilbab berikut komunitas2nya. Namun seiring kemajuan selera berbusana kadang ada pula yg tak menghiraukan rambu2 utama. Penutup aurat bukan penebar daya pikat. Karenanya upaya berjilbab memang harus diikuti dg upaya mengkaji agama bukan stop sampai di situ saja. Sehingga antara jilbab dan perbuatan seiring sejalan. Kalau jilbab hanya ikut2an dan sekedar tren maka yg muncul ya seperti fenomena jil****s.

Jika ada saudara dekat kita yg masih seperti itu dlm berjilbab sebaiknya kita luruskan saja, bukan diserbu dg kecaman karena mereka hanya butuh proses penyempurnaan. Sama kayak kita juga. Saya dan anda masih harus terus berproses agar lebih baik.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: