Kamis, 06 Februari 2014

Mudik dan Latihan Tak Menggerutu

Mudik dan Latihan Tak Menggerutu

Bisa dikata di usia 10 th anak saya yang pertama, maka sudah 10 kali pula ia merasakan mudik lebaran. Jam terbang mudiknya yg paling mula diawali saat usianya 6 bulan. Melewati macet pantura dg ocehan dan tangisan bayi tentu bikin deg2 an para ibu termasuk saya saat itu. Tapi kerinduan bertemu kampung bisa jadi rahasia jitu untuk bisa melewati segalanya.  Makanya di awal start mudik kemarin si ayah sudah kasih komando warning. "Pokoknya kalo mau mudik, harus sabar. Jangan ada yg rewel dan menggerutu ya." wanti2nya kpd saya dan 2 orang buntutnya. Yaah mudik is 'the unpredictable journey'. Sulit diprediksi nyampenya. Bogor-Tegal yg standarnya ditempuh 7-8 jam dg mobil/bis bisa kemayu hingga dua kali lipatnya karena macet di mana2. Tahun 2012 kami pernah mengukur jalan hingga lebih dari 20 jam. Kemarin alhamdulillah agak lumayan turun di kisaran titik 16 jam sudah termasuk rehat utk sahur dan nyubuh di spbu. Punya insting pemetaan jalan yg tinggi nggak jaminan pul Sudah ngintip gps, google map, japri sama yg duluan ekspedisi belum bisa dipastikan anda akan beruntung. Tapi itulah mudik, biar dicemberuti toh kami2 tetep doyan. Sepertinya semangat birrul walidaini (semoga) memang bisa mengalahkan segalanya.
Nah, jalur alternatif yg biasa jadi buah bibir kalo pas mudik ibarat kata mengaminkan istilah banyak cara menuju Roma, dan paribasan alon2 asal klakon. Nikmati apa yg kita rasakan di jalan, resapi hikmah2 yg bisa dipetik, pelajari sesuatu baru yg mungkin berserakan.  Inget nggak pelajaran sejarah ketika Ferdinand Magellan dari Spanyol mutusin menempuh jalur alternatif ketimbang mbebek rekannya yg dari Portugis untuk mencari Hindia?. Dia start belayar menuju arah Barat sementara pendahulunya udah jelas punya riwayat jurnal ekspedisi itu ya ke arah Timur. 'Hikmah'nya dia nemuin Selat Magellan yg memisahkan Samudra Atlantik dan Pasifik dan juga Kepulauan Filipina. Wah mustinya Imelda Marcos, Arroyo sampe Maribeth penyanyi Denpasar Moon itu banyak2 terima kasih sama dia ya. Meski tragisnya Magellan mati terbunuh, tapi namanya juga tercatat sejarah sebagai pelaut ulung yg berhasil mengelilingi dunia dan membuktikan bumi itu bulat, katanya.
Eh apa hubungannya sama mudik?. Nggak ada!. Nggak ada secara langsung, tapi maksudnya ketika mudiker menyusuri jalan2 yg nggak biasanya ia pasti mendapatkan pengalaman yg nggak biasanya juga. Dan pengalaman itu menurut kata orang mahal lho!. Buktinya di iklan loker suka dibumbui kalimat; dicari yg berpengalaman.
Anak saya, Hanif yg baru masuk TK B, semangat menghitung menara2 cerobong pembakar genteng yg berdiri di sepanjang jalan Jatiwangi, Majalengka. Genteng Jatiwangi ternyata cukup terkenal lho. Itu masuk pelajaran muatan lokal (mulok) kalo di KTSP. Cateeet. Eh ndak nyangka ya Nak,  kita sempet ngliat daerahya. Kalau bukan karena mudik kan?.  Eh di Sumedang ternyata ada yg namanya Kelurahan Tomo kecamatannya Tomo juga. Jangan2 Bung Tomo lahir di sana? (he...he becanda). Ya artinya bisa kok melewati mudik bersama anak2 tanpa resah gelisah dan menggerutu.
Anak2 bisa belajar hal2 baru di sepanjang jalan kenangan yg ia lalui.

Bogor, 1 Agustus 2014
Pulang mudik.

Tidak ada komentar: